Morning kiss
°
°
°
°° Happy Reading °
Sekarang Achel sudah kembali ke rumah, setelah tadi pagi dokter mengatakan bahwa Achel sudah baik-baik saja dan sudah di bolehkan untuk pulang Jeno dan juga kedua orang tua Achel buru-buru membawa Achel pulang agar bisa beristirahat dengan nyaman di rumah.
Ayah dan juga Ibu Achel tidak mampir ke rumah karena katanya mendadak ada telfon dari Pamannya di Bandung tentang pekerjaan. jadi mau tak mau mereka harus pergi, awalnya Ibu Achel menolak dengan alasan tidak ingin meningalkan anaknya namun Achel mengatakan bahwa dia baik-baik saja lagi pula sekarang Achel sudah memiliki suami jadi ada yg menjaga dirinya.
Achel duduk di atas sofa dengan posisi duduk manis serta kepala yang di sandarkan di sandaran kursi, sedangkan Jeno dia duduk di lantai yang beralaskan karpet bulu dia sedang mengupas buah apel untuk Achel.
"Jeno." Panggil Achel pelan. Jeno langsung mengangkat wajahnya menatap Achel dengan tatapan heran tumben sekali gadis itu memanggil dirinya dengan sebutan nama tidak seperti biasanya, "kenapa?." Tanyanya bingung, Achel masi diam sejujurnya ia sedikit takut mengatakan hal ini pada Jeno karena takut Jeno akan marah dan tersinggung tapi jika tidak di beri tahu Achel akan kepikiran.
Di hembuskan nafasnya pelan."Mas aku pengen pindah rumah." Ucapan Achel sukses membuat Jeno menghentikan aktivitas mengupas Buah. Ada sedikit rasa kesal serta kaget bukankah Achel tau rumah ini adalah peninggalan kedua orang tua Jeno? Sungguh ingin rasanya Jeno mengumpati Achel namun ia harus sabar ini bukan waktu yang tepat untuk bertengkar karena mengingat kondisi Achel yang belum sepenuhnya pulih.
"Kenapa mau pindah?." Tanya Jeno pelan, kali ini dia harus bersabar. Achel membenarkan posisi duduknya agar menatap Jeno lalu menarik sebelah lengan Jeno untuk duduk di sampingnya. Jeno menurut, di pandangnya wajah gadis itu dengan lamat-lamat seraya menunggu si gadis membuka percakapan selanjutnya
"Sejak kejadian dua hari lalu sampai aku kecelakaan aku jadi takut, takut karena aku yakin orang yang nabrak aku itu orang yang sama. Orang yang udah neror kita." Ucapnya pelan sembari menggenggam tangan Jeno untuk meyakinkan nya.
"Aku tau mas Jeno pasti kaget dengan ucapan aku, tapi jujur mas aku takut aku gak mau kita kenapa-kenapa." Sambungnya lagi dengan nada melemas, Achel mangalihkan pandangannya ke samping berusaha agar air matanya tidak jatuh.
"Kamu taukan rumah ini peninggalan orang tua aku, aku masih gak sanggup untuk ninggalin rumah ini." Ungkapnya, Achel membenarkan ucapan Jeno sejujurnya ia juga tidak ingin pindah rumah tetapi di satu sisi dia juga takut dan khawatir akan keselamatan mereka karena kita tidak pernah tau musibah itu kapan datang. Apalagi semenjak kejadian saat mereka di teror selam dua hari lalu esok harinya achel di tabrak dengan sengaja bukankah itu sangat mencurigakan? Wajar saja jika Achel mencurigai orang itu.
"Kamu gak usah khawatir dan takut. Disini ada aku, aku yang akan jagain kamu. Dan soal keinginan kamu untuk pindah rumah maaf aku belum bisa mutusin sekarang karena kamu tau sendiri alasan aku apa."
Achel mengangguk pelan walaupun sejujurnya ia sedikit kecewa karena Jeno tak menuruti keinginannya . Namun Achel harus bersikap baik dan menghargai keputusan Jeno biarlah ia menunggu waktu yang tepat saja.
Jeno membawa Achel ke dalam pelukannya berusaha untuk menenangkan Achel agar semua perasaan khawatirnya hilang.
"Tapi mungkin aku gak bakal ninggalin rumah ini Chel." Gumam Jeno pelan.
Cukup lama Achel diam menimang semua ucapan jeno sampai akhirnya Jeno mncubit hidung nya dengan gemas barulah dia bersuara di iringi ringisan pelan
KAMU SEDANG MEMBACA
My Uncle Is My Husband (REVISI)
Teen Fiction[TAMAT] [BEBERAPA PART MASIH DALAM TAHAP REVISI.] [SEOSEN KEDUA SUDAH DI PUBLISH.] ⚠️ Konfliknya sangat ringan dan santai ⚠️ Mengandung unsur dewasa dan kata-kata kasar. ⚠️ Hargai author dengan cara tekan follow sebelum membaca dan jangan lupa klik...