"Mama mau anak cewek!" Seruan itu berasal dari mulut Yuni. Sekarang mereka semua sedang berkumpul di ruang tengah sedang membahas tentang cucu tapi kebanyakan sih kedua orang tua itu bertengkar perkara cucu.
"Mana bisa Ma. Pokoknya Achel harus punya anak cowok." Balas Rafa tidak mau kalah. Achel. Jeno. Dan juga Oma Melati hanya geleng kepela melihat tingkah mereka yang sedang bertengkar masalah cucu.
"Mana bisa!. Cucu aku harus cewek"
"Papa nggak mau. Nanti yang terusin perusahan papa siapa? Hayo!"
"Terus nanti siapa yang temenin Mama dirumah?. Papa kan sering keluar kota. Pokoknya cewek!"
"Nggak boleh!"
"Sudah diam!" ujar Melati sedikit meninggikan suaranya. Seketika kedua orang tua itu diam memandang Oma lesuh mereka berdua ini sangat takut pada Oma. Achel dan Jeno hanya geleng kepala pusing mendengar pertengkaran mereka lagi pula Achel juga belum hamil.
"Kalian ini seperti anak kecil!. Anak kalian saja belum hamil sudah menentukan jenis kelamin semua itu Allah yang atur bukan kalian!." Ucapan Oma ada benarnya itu semua Tuhan yang atur bukan mereka. Mau itu di beri anak lelaki atau perempuan itukan sudah takdir.
Yuni dan Rafa memandang satu sama lain lalu kembali terdiam membisu. Situasi yang sangat Jeno hindari saat ini lelaki itu sangat tidak ingin jika membahas soal anak. Sejujurnya lelaki ini sudah mau sekali jika memiliki anak apalagi mengingat umurnya yang sudah hampir kepala tiga tapi apa daya istrinya itu pasti tidak mau memiliki anak secepat ini mengingat dirinya masih berumur 17 tahun. Achel diam-diam menatap Jeno yang sedang merunduk gadis itu sangat paham betul Jeno pasti tidak suka berada di situasi seperti ini.
"Mas Jeno" panggilnya lelaki itu menoleh Achel tersenyum lalu meraih tangan lelaki itu untuk di genggam. Setidaknya itu bisa membuat suasana hati lelaki itu kembali membaik.
"Kita ke kamar aja yuk?" Tawarnya lelaki itu mengangguk kecil. Namun belum sempat mereka beranjak Oma lebih dulu bersuara mau tidak mau mereka kembali duduk.
"Jangan pergi dulu. Orang tua kalian lagi bahas ini" keduanya menghela nafas lesuh. Situasi yang sangat menjengkelkan dan meresahkan!.
Pengen pergi aja gue dari sini!. Batin Jeno
"Mau bahas apasih Ma.Pa?" Tanya Achel sedikit kesal kalau tau begini lebih baik Achel tidak berlibur kesini lebih baik dirumah tidur seharian.
"Kamu ini Papa mau bahas cucu juga." Memang kedua orang tua ini sudah pengin sekali menimang cucu apalagi Oma sudah lama sekali dia ingin cicit apalagi itu dari darah daging Jeno.
Jeno hanya diam berusaha tenang menyimak apa lagi yang ingin di bahas oleh mertua dan omanya itu. Kalau saja dua orang tua ini mengerti situasi Jeno saat ini Achel tidak masalah tapi sekarang gadis itu seperti merasa bersalah pada diri sendiri. Achel tidak bodoh dia paham sekali dengan raut wajah Jeno itu.
"Jadi kalian kapan punya momongan?. Kasian nih kami udah pengen gendong cucu" ujar Yuni sambil tersenyum kearah dua anaknya itu. Yuni memang sudah menginginkan seorang cucu agar bisa menemani dirinya di rumah. Bahkan kalau wanita itu disuruh untuk mengasuh anak Achel pasti dia mau.
"Iya oma juga udah nggak sabar nimang cicit"
"Maaf Ma.Pa bukannya kami berdua nunda punya anak hanya saja aku masih memikirkan masa depan Achel. Kasihan dia belum lulus sekolah." Akhirnya mulut yang bisu itu bersuara. Lembut dan pelan terdengar sangat sopan di pendengaran. Ketiga orang tua itu diam sibuk dengan pikiran masing-masing sedangkan Achel hanya bisa menatap suaminya itu sendu dari cara bicaranya sih memang terlihat baik-baik saja tapi jauh di lubuk hati tidak seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Uncle Is My Husband (REVISI)
Teen Fiction[TAMAT] [BEBERAPA PART MASIH DALAM TAHAP REVISI.] [SEOSEN KEDUA SUDAH DI PUBLISH.] ⚠️ Konfliknya sangat ringan dan santai ⚠️ Mengandung unsur dewasa dan kata-kata kasar. ⚠️ Hargai author dengan cara tekan follow sebelum membaca dan jangan lupa klik...