Vote!
Coment!
•
•
•Katanya usaha tidak akan mengkhianati hasil, tapi kenapa usaha Aurora tak jua membuahkan hasil? Ini dia yang salah cara atau emang yang di usahain susah untuk di dapetin?
"Ayolah tanzil, ayo. Rora mau makan donat, ayo Tanzil...." Rora merengek bak anak kecil, membuntuti Tanzil dari kelas laki-laki itu hingga kini mereka berada di parkiran sekolah.
Tanzil mendesah kesal. "Gak!"
Rora menghempas tangan Tanzil keras, menatapnya tajam seolah tengah mengutuk. "Donat!" tajamnya.
"Gak!"
"Donat atau Rora gak mau pulang." ancam Rora sombong menyilangkan tangan didepan dada.
"Gak! Budek?!"
Kenapa Tanzil kalo ngomong ada bubuk cabenya? Itu bubuk cabenya level berapa? Kok pedes banget.
Rora memutar bola matanya malas, ia melenggang pergi meninggalkan Tanzil keluar dari area parkir. Dengan langkah lesu, ia berusaha memantapkan kaki untuk marah dan pergi dari Tanzil.
Males banget, keknya Tanzil abis makan boncabe.
Dalam hati ia membatin, langkahnya pun luntang lantung tak jelas. Saat melewati pak satpam, ia menunduk permisi lalu kembali melanjutkan langkah tanpa semangat.
"Gak ada niatan ngejar? Calon istri dibiarin panas-panas an, kalo pingsan terus diculik gimana?" gerutunya, —ah benar-benar menyebalkan.
Dengan sengaja Rora menendang kaleng yang menghalangi langkahnya. "Ibaratnya ini Tanzil, mau Rora tendang sampai masuk ke perut bumi." ucapnya dengan kekesalan penuh.
Puk!
Mata Rora membola saat kaleng itu justru menimpuk seorang penjual cilok. Ia segera berbalik, takut akan menjadi amukan masa.
"Tanzil berat, makanya nyangkut ke kepala orang."
"Naik, jangan sok ngambek!"
Rora merasa ada motor yang berhenti tepat di belakangnya. Kalo di dengar dari suaranya kayaknya si Rora tau ini siapa. Perlahan dia berbalik, tuhkan bener. Dengan senyumnya, ia naik ke atas motor Tanzil, em rejeki gak baik ditolak.
"Turun." loh? Naik atau turun sih?
"Kok?—"
Meski diselimuti kebingungan, Rora tetap menuruti perkataan Tanzil. Ia turun, lalu menunggu tindakan apa yang akan dilakukan cowok itu. Tubuh Rora menegang sempurna saat Tanzil berada sangat dekat dengan tubuhnya, rupanya cowok itu hendak memasangkan helm seperti biasa.
"Bego jangan dipelihara!"
"Enggak," jawab Rora membela diri.
Tanzil berdecih. "Kalo lo pinter, helm ini udah lo pake sebelum gue suruh." ucapnya seraya menyentil kening Rora.
Rora mengelus keningnya yang disentil, sakit tau. Dengan perasaan dongkol ia kembali menaiki motor Tanzil, kalo aja Rora nggak cinta mungkin Tanzil udah tenggelam di segitiga bermuda.
"Jangan meluk!"
"Iya enggak." cicit Rora lirih seraya menarik kembali tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TANZIRA [SELESAI]
Fiksi Remaja[Follow dulu oke.] #9 in wattpad indonesia Spin of Asterlio Bagi Aurora, Tanzil adalah segalanya. Tidak ada alasan apapun yang bisa menghentikan semangatnya untuk mengejar cinta cowok itu. Bagi Tanzil, Aurora pun segalanya. Namun ada banyak yang m...