6.1 | LDR?

3.9K 282 117
                                        

Satu bulan berlalu, kini keadaan Rora jauh lebih baik dari sebelumnya. Gadis itu kini sudah bisa berjalan dengan leluasa, kakinya sudah kuat kembali menopang berat badannya.

Ada banyak perubahan, Rora sudah tidak enggan lagi untuk bertemu Tanzil. Justru selama dua minggu ini laki-laki itulah yang menemaninya kontrol ke dokter. Tak bisa dipungkiri, dua-duanya sama-sama tidak bisa berpisah lama-lama.

"Mau apalagi?"

"Pengen coba rasa lain?"

Gadis itu lagi-lagi menggeleng, menepuk-nepuk perutnya lembut dengan raut wajah memelas. "Kenyang banget..."

Usapan lembut mendarat di kepalanya, membuat Rora seketika menghentikan kegiatan menguyahnya. Dia menelan salivanya, melirik seseorang di sampingnya yang memandang dengan tatapan bingung. Lelaki itu menaikkan alisnya, "Kenapa?"

"Bisa diem nggak tangannya?"

Tanzil menggeleng, "Kenapa? Gue nggak boleh sentuh pacar sendiri?"

"Kita udah put—mphh" Tangan Tanzil mendarat tepat di mulut Rora, membekapnya tidak sabaran. "Nggak!"

"Awshh" Tanzil meringis merasakan gigitan di telapaknya. "Rora udah bukan pacar Tanzil soalnya kita mau LDR, Rora nggak bisa LDR-an."

Laki-laki itu tetap menggeleng, "Gue bisa samperin lo sebulan sekali."

"Kurang, Rora kangennya tiap hari."

"Nikah solusinya."

Mata Rora melotot, bahkan donat yang berada di tangannya terjatuh. "Nikah?" tanyanya memastikan.

"Iya, tapi nanti nunggu gue berhasil."

Tak terasa senyum Rora terbit, gadis itu tidak berhasil menahan untuk tidak salting. "E—emangnya yakin nggak akan kepincut orang lain? kan kita mau LDR."

"Kita cuma beda negara, bukan beda planet." ucap Tanzil menyentil dahi Rora.

Mereka tengah menikmati waktu bersama di salah satu kafe kesukaan Rora, memakan donat dan juga beberapa makanan lainnya.

Plak!

Rora memukul lengan Tanzil, "Sakit tau!"

Tanzil justru terkekeh, lalu menarik tubuh Rora dan memeluknya. Sungguh, jangan tanya bagaimana reaksi Rora, karna jujur dia terkejut dengan tindakan laki-laki itu.

"Ayo pulang, gue janji sama Uncle buat bawa pulang lo nggak lebih dari 2 jam." ajak Tanzil.

"Masih kangen..." cicit Rora menundukkan kepalanya.

Tanzil menatap mata gadis itu, "Lo pengen kemana lagi?" tanyanya.

"Kemana ya enaknya? Mau motoran yang lama terus mampir ke pantai kita sewa sepeda."

Tanzil mengangguk mengiyakan.

Mereka keluar dari kafe itu, berjalan ke arah parkiran untuk menuju motor Tanzil. Rora memandangi tangannya yang tak lepas dari genggaman Tanzil.

Tanzil berubah? Tanzil lebih manis sekarang? Apa Tanzil akan tetap seperti ini setelah mereka berjarak? Apa Tanzil tidak akan berbuah lagi? semua pertanyaan itu hinggap di kepalanya.

"Ke pantai 'kan?" tanya Tanzil seraya tangannya memakaikan helm ke kepala Rora. gadis itu mengangguk sambil tersenyum lebar.

"Iya, tapi ayo kita lewat jalannya yang jauh! pengen lama-lama peluk Tanzil soalnya." goda gadis itu.

TANZIRA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang