4.0 | Masalah

6.2K 739 141
                                    

jangan kendor dong semangatnya

ayo spam komen, supaya lebih cepet update

go go go

HAPPY READING!!!

***

Rora mengurung dirinya di dalam kamar, dia enggan untuk keluar padahal Tanzil sudah berusaha keras untuk membujuk cewek itu. Nihil,  Rora sama sekali tidak mendengarkan dan tetap kekeh berada di dalam.

"Nggak mau!" teriak Rora dari dalam kamar.

Tanzil medesah pasrah, sedaritadi ia berdiri di depan kamar gadis itu tapi gadis itu tak jua muncul.

"Ra! Jangan buat kesabaran gue hilang." tegasnya memperingati.

Tanzil bernafas lega setelah mendengar suara kunci pintu yang dibuka. Lalu Rora keluar dari kamar itu dengan wajah begitu sinis. "Apa?"

"Lengan lo banyak lebam, gue obatin."

Tangan Rora ditarik secara sepihak oleh Tanzil, masuk lagi ke dalam kamar cewek itu. "Ih lepasin!" sentak Rora.

"Nggak perlu ngambek, Ra."

"Rora nggak ngambek!"

"Apa?"

"Rora cuma butuh penjelasan! Erick! Ror---Rora nggak bunuh dia, Tanzil!" suara Rora meninggi.

Tanzil tak merespon apa-apa, ia sibuk bolak-balik ke kamar mandi untuk mengambil air. Ia bermaksud akan mengompres luka di tubuh Rora.

Rora masih terus mengoceh, semakin geram karna Tanzil sama sekali tak meresponnya.

"Tanzil!" bentaknya lagi.

"Jawab Roraaa!"

Tanpa ucapan apapun, Tanzil mendudukkan tubuh Rora di samping ranjang. "Duduk, luka lo harus di kompres." titahnya.

Dengan sangat telaten Tanzil mengelap pelan lengan Rora yang membiru, Rora meringis setitik karna rasa perih yang menjalar di tubuhnya karna luka yang berada di lututnya.

Tanzil mengerutkan dahinya bingung, kenapa Rora terlihat begitu kesakitan? Mata nya mengikuti arah tangan Rora yang menutupi sesuatu.

"Jangan di tutupin,  biar gue obatin." ujar Tanzil seraya menyingkirkan tangan Rora dari lututnya.

Hati-hati Tanzil mengelap darah yang mengering disana. "Tanzil, jawab! Siapa yang bunuh Erick?! Rora harus tau."

"Nggak penting."

Rora berdecak kesal. "Penting! Dia dulu pacar Rora!"

Kegiatan Tanzil terhenti, ia menaruh kembali kain basah yang tengah ia pakai ke dalam mangkok berisi air. Matanya menatap ke arah Rora intens, "Sekarang pacar lo siapa? Gue atau masih dia?"

"Tanzil, tapi Rora berhak tau! Siapa yang tega bunuh Erick?!"

Tanzil membuang muka, tangannya mengepal berusaha menahan amarah. Rahangnya pun mengeras, ia benar-benar berusaha untuk tetap tenang. "Kenapa diem?!" sambung Rora lagi.

"Jawabb!" dengan sengaja Rora menggoyang-goyangkan lengan Tanzil.

Tanzil menyentak kasar tangan Rora, "Gue! Gue yang bunuh dia! Kenapa?!"

Rora terdiam.

Dari mata gadis itu sirat akan kecewa, tak disangka air matanya luluh. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya, menatap tak percaya pada orang di depannya. "Tanzil?.. Tanzil ken---"

TANZIRA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang