6.0 | Teman

11.3K 699 1.1K
                                        

Happy Reading 💜💜💜

⛔WAJIB VOTE DAN KOMEN⛔

🔥🔥🔥

*****

"Bunda, kaki Rora kenapa susah gerak sekarang?"

"Rora nggak lumpuh 'kan, Bunda?"

"Masih penyembuhan sayang, dokter udah jelasin 'kan ke kamu?"

Rora mengangguk, seraya terus memandangi kakinya dan berusaha menggerakkan jari meski hanya sedikit. Sang ibu terus mengelus surai Rora dengan sangat lembut, kepala Rora bersandar pada bahu Acha. Mereka tengah duduk di ranjang milik Rora, memang baru beberapa saat yang lalu mereka telah kembali dari rumah sakit.

Satu minggu sudah berlalu sejak kejadian itu, Rora masih enggan untuk bertemu dengan siapapun kecuali keluarganya sendiri. "Rora mau makan? Bunda beli donat kesukaan Rora."

Kepala Rora mengangguk, "Mau."

Acha tersenyum kemudian perlahan bangkit dari ranjang sang puteri. "tunggu sebentar ya, sayang." ujarnya seraya tersenyum.

Rora menunggu Acha seraya bermain ponsel miliknya, gadis itu membuka pesan yang ternyata banyak sekali pesan masuk yang belum dia baca.

Ujian sekolah

Rora membaca pengingat yang muncul di layar ponselnya, sejenak ia terdiam. "Gue nggak ikut ujian sekolah..." gumamnya.

bersamaan dengan itu, pintu kamarnya terbuka diikuti ayah dan ibunya yang muncul dari balik pintu. memandang wajah Rora dengan bingung karena mata gadis itu berkaca-kaca.

"Kenapa?" Atas bertanya penuh khawatir.

Acha meletakkan donat yang ia bawa di atas laci, "Sayang... Kenapa? Ada apa?"

Rora menatap kedua orangtuanya itu, "Rora nggak ikut ujian.. sekarang gimana Rora bisa lulus? Rora terlalu lama di rumah sakit, Rora malu sama keadaan Rora.. Sampai Rora lupa kalo Rora punya tanggung jawab sekolah.."

suara gadis itu bergetar, dan langsung mendapatkan pelukan dari sang Bunda. Acha mengelus punggung Rora, berusaha menenangkannya. "It's okay... Semuanya akan tetap baik-baik aja sayang..."

Kepala Rora menggeleng, "Rora... Rora pasti nggak bisa lulus bareng temen-temen Rora, Rora malu.."

Icha mendengar suara tangis Rora yang mulai parau, elusan tangannya tidak berhenti guna untuk menenangkan sang anak. "Sayang... Gapapa.. Rora nggak salah, semuanya terjadi bukan karna kemauan kamu,"

"Bunda... Rora lulusnya gimana?.." ucap gadis itu lagi dengan dibarengi suara tangisan yang lirih.

Altas ikut duduk di tepi kasur Rora, mengelus lembut surainya. "Rora lupa sama keputusan yang udah kamu buat? Tentang keinginan kamu."

Rora terdiam sebentar, melepaskan pelukan bundanya. "Daddy setuju?"

Tanpa ragu Altas mengangguk, dengan senyuman lebar ia berkata. "Apapun untuk kamu, sayang."

"Jangan sedih lagi ya? Mau ikut turun sama Bunda? Kita makan bareng Aster juga. Bunda perlu bicara dengan kalian berdua."

Kepala Rora mengangguk. Dia mengusap sisa air mata di pipinya. Setelahnya Altas membopong tubuh sang puteri untuk duduk di atas kursi roda.

TANZIRA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang