Happy reading ♡
***
Semenjak kejadian malam hari di taman itu, Rora benar-benar menunjukkan sikap jika ia marah pada sang pacar. Dan beberapa hari ini, Tanzil berusaha membujuk dan akhirnya berhasil.
Hubungan mereka sudah lebih baik, bahkan sangat baik. Mereka sering jalan berdua dan Tanzil banyak menghabiskan waktu bersama Rora. Seperti hari ini, mereka datang bersama ke rumah sakit untuk menjenguk Zhiva.
Tapi sayangnya Tanzil tengah sedikit kesal pada Rora, karna perempuan itu bolos sekolah dan pergi bermain bersama Ciko.
Memang, akhir-akhir ini keadaan Zhiva semakin memburuk. Bahkan dua hari ini gadis itu terlihat benar-benar pucat, sangat pucat. Tapi cewek itu memang sulit ditebak, seperti hari ini dia sangat antusias dan ekspresif.
"Aster.. Lo udah makan 'kan?"
Rora berusaha memulai percakapan karna Aster yang masih tetap diam. Mereka duduk berdampingan tepat di sebelah brankar Zhiva yang tengah tertidur, Rora terus menggenggam tangan perempuan yang masih menutup matanya.
"Udah makan 'kan?" tanya Rora lagi.
Aster tetap diam.
Laki-laki itu perlahan menyandarkan kepalanya pada bahu Rora, Rora sangat merasakan kesedihan yang tengah dialami adik semata wayangnya. "Bayi.. Lo udah makan 'kan?" ucap Rora lagi, mengulang pertanyaan yang sama.
"Belum."
"Bayi gue belum makan?" wajah Rora pura-pura marah, kepala Aster menggeleng pelan.
Rora menyentil kening Aster pelan, "Makan." tegasnya. "Nggak pengen, Ra.." jujur Aster. Rora diam sejenak, ia memikirkan cara supaya cowok itu mau untuk makan.
Perempuan itu menemukan ide. "Eh--- bukannya nanti malem lo mau dinner bareng Zhiva kan?" tanyanya dengan antusias.
Kepala Aster mengangguk.
"Kok lo lemes gini sih?! Wah parah lo,"
"Terus gue harus gimana? Seneng-seneng swdangkan pacar gue lagi kesakitan?" suara Aster naik satu oktaf. Tangan Rora mengelus lengan cowok itu, "Mau kasih yang terbaik buat Zhiva 'kan?"
"Iyalah."
Senyum rora terbit. "Makan ya? Kan nggak lucu kalo lo lemes pas dinner, gak bisa dansa deh.."
Ada benarnya juga kata Rora, Aster yang tengah bersandar pada bahu kakaknya itu menegakkan kembali kepalanya. "Mau,"
"Mau apa?"
Aster mengaruk tengkuknya yang tak gatal. "Makan." cicitnya.
Rora kembali tersenyum, ia bangkit kemudian mengambil makanan yang memang ia bawa dari luar rumah sakit. Menatanya pada meja yang tersedia di sisi kanan brankar lengkap dengan sofa.
"Sini," panggil Rora.
Aster berjalan pelan ke arah kakaknya. "Gue bawa nasi goreng, enak kok. Gue beli." ucap Rora. "Gih makan." titahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TANZIRA [SELESAI]
Teen Fiction[Follow dulu oke.] #9 in wattpad indonesia Spin of Asterlio Bagi Aurora, Tanzil adalah segalanya. Tidak ada alasan apapun yang bisa menghentikan semangatnya untuk mengejar cinta cowok itu. Bagi Tanzil, Aurora pun segalanya. Namun ada banyak yang m...