SELAMAT MEMBACA ♡♥♡
COBA KASIH TAU AKU FIRST IMPRESSION KALIAN BACA CERITA INI, APA YANG PALING BERKESAN?
BERAPA PERSEN RASA SUKA KALIAN UNTUK CERITA INI?
TUNJUKIN EMOT 💜:
BTW, THANKS BUAT 200K NYA! KALIAN HEBAT-!!
*****
Seperti biasa setiap weekend, Tanzil bersama para karibnya menghabiskan waktu bersama. Entah berkumpul di salah satu rumah mereka, atau ke suatu tempat.Kali ini mereka berada base camp Devil'z Atara, bersama anggota lainnya. Tengah berdiskusi tentang akan bagaimana kedepannya mereka nanti. Mengingat Aster masih tidak mau berurusan dengan Devz, membuat Tanzil lah yang mengkoordinir semuanya.
"Kenapa nggak langsung nyerang aja sih?"
Tanzil menggelengkan kepalanya, "Buang-buang waktu. Nggak perlu, kita akan tetap berada di atas mereka."
Utara berdecak kesal, "Gue masih dendam, Bang. Lo nggak lupa 'kan? Mereka yang buat Aster jadi kayak gini."
"Nggak akan ada yang lupa soal itu."
"Terus? Kenapa nggak mau nyerang?"
"Karna ketua mereka udah mati, kita udah menang."
Dengan langkah santai Tanzil berjalan ke arah Ciko yang tengah sibuk membuka toples makanan namun tak jua berhasil. "Jangan kebanyakan main, lo punya tugas yang belum di selesaikan." Tanzil mengabil toples itu lalu membantu untuk membukanya.
"Ciko masih lakuin kok, Iya 'kan Bang Fadli?"
Fadli hanya mengangguk, "Dilakuin walaupun sambil nangis."
Ciko cemberut mendengar jawaban Fadli, "Enggak. Ciko nggak nangis!" belanya tak terima.
"Yakin? Kemaren siapa yang nangis sesenggukan cuma gara-gara kena pukul? Siapa?" remeh Fadli sengaja mengejek.
"Iya, Ciko!"
Mereka serentak tertawa, bagaimana tidak? Ciko menyilangkan tangannya di depan dada dengan wajah cemberut yang sangat menggemaskan. Memang bocah itu sasaran paling empuk untuk di jadikan bahan ejekan.
"Gue nggak bisa ikut agenda Devz selama sebulan ke depan." ujar Tanzil tiba-tiba.
"Kenapa, Bang?" Fadli yang penasaran langsung bertanya, "Semua anggota Devz kelas 12 harus fokus ujian."
Fadli hanya ber-oh ria, karna memang begitu semestinya.
"Capek gue," keluh Boy yang Sedaritadi diam.
"Kenapa, lo?" tanya Gahar.
"Maklum, putus cinta." timpal Varez sengaja mengejek.
Sontak ucapan Varez itu membuat seisi ruangan tertawa. Bukan hal asing mengapa cowok itu sangat tidak bersemangat, pantas saja Boy sangat lemas, rupanya putus cinta.
"Ketawa lo semua!" sungut Boy emosi.
Tanzil hanya datar tak berekspresi. Namun ketika ia menerima satu panggilan telepon, dia menyingkir ke ruang yang lebih sepi.
Dia meletakkan ponselnya di samping telinga, mengangkat telepon dari seseorang yang ditunggunya.
"Apa?" ujarnya.
"Kok kayak nggak seneng gitu Rora telfon?" suara Rora sedikit cuek, mungkin gadis itu kesal dengan respon Tanzil.
"Seneng."
KAMU SEDANG MEMBACA
TANZIRA [SELESAI]
Novela Juvenil[Follow dulu oke.] #9 in wattpad indonesia Spin of Asterlio Bagi Aurora, Tanzil adalah segalanya. Tidak ada alasan apapun yang bisa menghentikan semangatnya untuk mengejar cinta cowok itu. Bagi Tanzil, Aurora pun segalanya. Namun ada banyak yang m...