Happy reading ♥♥♥
***
"Jangan lupa datang ke birthday party gue ya kaliannnn!"
Cewek yang di ketahui bernama Zahra itu berkata seraya berjalan di lorong kelas. Melewati beberapa kelas anak-anak kelas 12 yang memang menjadi tamu undangan di acara birthday party- nya nanti malam.
"Menurut informasi yang gue dapat, katanya acara nanti malam nggak semua anak Pelita di undang. Cuma beberapa yang konon katanya jadi anak hits disini." celetuk Inggit dengan gestur tubuhnya yang bak perumpi handal.
Ia, Rora dan juga Ghea tengah berjalan menuju luar sekolah. Tentu saja nanti malam mereka di undang, bagaimana mungkin tidak?
"Ayangggg! Tungguin!"
Kepala Inggit menoleh, menatap cowok yang tengah mengejarnya dengan raut mematikan. Kenapa sekarang kehidupannya bisa tidak tenang?! "APAAA?! BERISIK BANGCAT!" kesal Inggit dengan intonasi tinggi.
Boy mengerucutkan bibirnya, kakinya ia hentakan dengan sengaja. "Nanti malem bareng gue ya?" ajaknya penuh harap.
"Eng---"
"IYA! Inggit pasti sama lo kok, iya'kan Nggit?" sela Rora tersenyum penuh arti. "Eng--- IYA!" Inggit mengeraskan suaranya saat kakinya diinjak secara sengaja oleh Rora dan tangannya di cubit kecil oleh Ghea.
Mendengar jawaban sang pujaan hati, Boy tidak bisa untuk tidak tersenyum. "Terimakasih cantik, bye.. Boy mau pulang dulu ya.." pamitnya dengan tangan yang mengelus puncak kepala Inggit berkali-kali.
"AAAAAAAAA! Gu--- mmmph" mulut Inggit di bekap oleh Rora dengan tangannya. Aduh Inggit, mulutnya kenapa toa sekali?
"Ayo pulang bestieeee!" ajak Ghea seraya membantu Rora menarik Inggit yang seolah kaki nya memberat untuk sekedar melangkah.
Selama berjalan kaki bahkan sampai masuk ke dalam mobil Rora, Inggit masih terus mendumel tidak jelas. Memarahi Rora, Ghea dan juga tindakan Boy yang tanpa ijin mengelus puncak kepalanya.
Ngomong-ngomong, mereka akan pulang bersama ke rumah Rora. Inggit dan Ghea resmi tinggal di rumah Rora sampai Altas dan Acha kembali ke tanah air.
"Rambut gue kotor! Rambut gue kena sentuhan iblis! Ramb---"
"Udahlah Nggit, kan Boy calon ayang lo." sela Ghea mulai lelah. "Apa lo bilang?! Ayang?! Mimpi!" tolak Inggit tak terima.
Rora memijit pelipisnya, berteman dengan dua orang yang sangat berbeda kadang membuat dirinya hampir frustasi. Yang satu bucin setengah mati dan satunya lagi anti cinta setengah mati.
"Inggit! Boy itu serius sama lo!" ucap Ghea berusaha untuk membuka mata hati Inggit.
Kepala Inggit menggeleng dengan pasti. "NGGAK! TUH PLAYBOY CAP BADAK NGGAK MUNGKIN SERIUS!"
Ghea menatap Rora, meminta bantuan. "Inggit sayang, Boy itu baik. Playboy itu cuma kedok." bela Rora.
"Tap---" Inggit menunda perkataannya, melihat lebih serius pemandangan di depan mobil mereka.
Nafasnya memburu. "Liat hah?! Si iblis itu lagi deketin adik kelas begeee! Liat noh!" cerocosnya penuh emosi.
Rora dan Ghea serentak melihat, ia betul kata Inggit tapi apakah itu hal yang tak wajar? Bukankah semua playboy seperti itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
TANZIRA [SELESAI]
Подростковая литература[Follow dulu oke.] #9 in wattpad indonesia Spin of Asterlio Bagi Aurora, Tanzil adalah segalanya. Tidak ada alasan apapun yang bisa menghentikan semangatnya untuk mengejar cinta cowok itu. Bagi Tanzil, Aurora pun segalanya. Namun ada banyak yang m...