3.2 | Bahagia ya, Ra

7.2K 938 225
                                    

Happy reading

***

Tanzil pulang ke rumahnya pukul tujuh malam, masih berseragam sekolah dengan atasan yang sudah kotor acak-acakan. Kini ia baru selesai mandi, masih ingat bukan jika Luby ingin di temani ke taman malam ini.

Ya! Tanzil tengah bersiap-siap. Bukan karna ia tak bisa menolak keinginan gadis itu, tapi karna ia malas berdebat.

Setelah rapih, ia mengirim pesan singkat pada perempuan itu.

Tanzil:
Gue ke rumah.

Ia lebih memilih memakai mobil, mengingat udara tengah dingin. Biar bagaimana pun ia harus tetap memikirkan kesehatan perempuan itu bukan?

"Halo." Tanzil mengangkat telepon sambil terus menyetir. "Aku di depan, kamu udah sampe mana?"

"Sebentar lagi."

"Hati-hati, Jio."

Tanzil mematikan sambungan telepon, kembali fokus menyetir. Sampai ia melihat seorang perempuan memakai sweater  berwarna merah dengan perpaduan celana jeans panjang tengah melambaikan tangan padanya.

Mobil Tanzil berhenti tepat di samping gadis itu, "Pakai seatbelt-nya." titahnya saat Luby sudah duduk di kursi samping kemudi.

Kepala gadis itu mengangguk. "Kata Papah nggak boleh lama-lama, maaf ya Jio."

"Hm."

Selama perjalanan tak ada bahasan apapun, jujur saja fokus Tanzil hanya pada Rora. Sedang apa perempuan itu, ia bahkan belum mengecek apakah ada telepon ataupun pesan singkat dari gadis itu.

"Mau makan?"

Luby mengangguk, "Mau, kita makan deket taman aja. Ada yang jual nasi goreng enak."

"Pernah makan disitu?" Tanzil bertanya untuk sekedar basa-basi. "Pernah, nggak sengaja. Tapi enak, Papah suka banget."

Tanzil ber oh ria, tidak ada niat juga untuk memperpanjang obrolan. "Kamu belum pernah?" tanya Luby.

Kepala Tanzil menggeleng seadanya. "Belum."

"First time dong ini?!" Luby refleks menyentuh lengan Tanzil. "Iya." jawaban itu membuat Luby semakin excited.

Untuk kali pertama Tanzil akan makan makanan yang ia rekomendasi kan, dan laki-laki itu makan bersamanya.

Saat sampai di tempat makan itu, Tanzil dan Luby berjalan beriringan dengan jemari yang saling menggenggam. "Tunggu disitu, biar gue yang pesen."

"Jangan pedes ya, Jio."

Mata Luby mengitari sekitar, cukup ramai. Banyak anak seumurannya tengah berkumpul, entah sedang makan atupun hanya berjalan santai. Meskipun udara terasa cukup dingin, tapi hatinya tetap senang.

"Makan." Tanzil menyodorkan sepiring nasi goreng. "Makasih, Jio." kepala Tanzil mengangguk.

"Besok weekend ada acara nggak, Jio?"

Tanzil menyuapkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya. "Ada." jawabnya singkat. Luby menatap penasaran, "Apa?"

"Gue mau ajak Rora jalan."

TANZIRA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang