Happy reading semuanya - !!! ♡
***
"Tiga,"
"Dua,"
"Satu."
Senyum penuh arti itu hadir di wajahnya, jarinya menghitung entah tertuju pada apa. Tangan yang satunya ia masukkan ke dalam saku celananya.
"Semuanya sudah beres Tuan Altas, sesuai perintah dari anda."
Altas tersenyum cukup lebar kepada anak buahnya, wajahnya menyiratkan kepuasan. Ia berjalan mendekat kemudian menepuk bahu anak buahnya itu. "Bagus, lanjutkan."
Laki-laki berpakaian hitam itu mengangguk, kemudian meninggalkan Altas kembali sendirian di dalam ruang kerjanya.
"Al,"
Mendengar suara sang istri, Altas yang beraura dingin berubah seketika sehangat mentari. Ia bahkan mendekat pada sang istri dan langsung merangkul pinggang wanita itu.
"Ada apa?" tanyanya dengan suara lembut, Acha melepas rangkulan Altas pada pinggangnya. "Apa yang kamu lakukan?" tanya perempuan itu dengan nada serius.
Altas berdehem sejenak untuk menetralisir suasana, "Aku sedang menyelesaikan pekerjaanku, kenapa?" ujar pria itu bingung.
Acha menghembuskan nafasnya panjang, "Bukan itu yang aku maksud." singkat wanita itu.
Tidak langsung membalas, Altas justru melangkahkan kakinya ke arah kursi kerjanya. Dengan raut wajah tak suka ia duduk menyilangkan satu kakinya. "Aku hanya membalas air mata anak kesayanganku, jangan membuatku marah Cha."
"Al... Tapi kam---"
"Acha!" peringat Altas dengan suara berubah dingin. Acha tak gentar sama sekali, ia mengambil laptop milik sang suami kemudian mengotak-atiknya.
Jika bukan istrinya, mungkin Altas sudah memberi Acha pelajaran. Namun, rasa cintanya kepada wanita itu begitu besar hingga membuatnya takkan pernah bisa membantah. "Terlambat Cha." ucapnya dengan senyum mengembang.
Acha menatap sang suami dengan tatapan tak suka, "Sini tangan kamu." titahnya. Altas mengulurkan tangannya, tak ada rasa curiga sama sekali.
"Awhsss, sakit Cha." ringisnya ketika Acha justru menggigit lengannya cukup keras.
"Biarin." damprat wanita itu lalu pergi meninggalkan Altas yang tertawa terbahak-bahak.
Semenjak kejadian siang tadi, Rora berubah menjadi anak yang sangat pendiam. Dan itu membuat Altas semakin yakin jika terjadi sesuatu pada puteri kesayangannya itu, dan jangan salahkan dia kalau air mata harus dibayar air mata.
Bahkan lebih sadis?
Teringat akan sesuatu, Altas bangkit dan berjalan keluar dari ruangannya. Ia menuju kamar sang puteri, "Rora.."
"Masuk aja Dad,"
Altas memasuki kamar puterinya dengan wajah tersenyum, duduk di tepi ranjang tepat dimana Rora tengah duduk bersandar di kepala ranjang.
Rora tersenyum saat Altas mengelus kepalanya dan mencium keningnya begitu tulus. "Sudah makan?" tanya Altas lembut.
"Belum, Rora nggak laper Dad."

KAMU SEDANG MEMBACA
TANZIRA [SELESAI]
Teen Fiction[Follow dulu oke.] #9 in wattpad indonesia Spin of Asterlio Bagi Aurora, Tanzil adalah segalanya. Tidak ada alasan apapun yang bisa menghentikan semangatnya untuk mengejar cinta cowok itu. Bagi Tanzil, Aurora pun segalanya. Namun ada banyak yang m...