5.7 | Hilang

6K 602 554
                                    

HAPPY READING ♥♡♥

⛔ WAJIB VOTE DAN COMENT TSAY ⛔

*****

Jika biasanya bel selesai jam pelajaran sangat membahagiakan, tapi untuk hari ini itu tidak berlaku sama sekali. Jika bel selesai berbunyi, artinya semua siswa-siswi harus menyerahkan lembar ujian milik masing-masing yang entah sudah terisi penuh atau belum.

Sama seperti sekarang, ujian mapel pertama telah usai. Mereka berbondong-bondong keluar meski otak mereka penuh akan banyak sekali rumus yang tak terpecahkan.

"Anjirrrr! Susah banget! Gue rasanya nggak samggup, lelah, letih, lesu, loyo." dengan suara sedikit berbisik, Inggit heboh. Rora dan Ghea ikut mengangguk setuju.

"Nilai gue berapa ya nanti," Ghea mendongak, menatap langit seraya bergumam.

"Rumusnya bener semua nggak ya," timpal Rora menambahi.

Tak banyak kata, mereka beralih duduk di kursi samping pintu masuk kelas. Diam, memikirkan jawaban yang mereka isi di lembar jawab milik mereka.

Hiks

Hiks

Tangis kecil Ghea terdengar, "Gue nggak yakin sama semua jawaban gue huaa!" hebohnya, Rora  memeluk sahabatnya itu. "Sama, Nggit! Hikss kita lulus nggak ya huaaa!"

"Kepalanya mau meledakkkk!" ujar mereka bertiga berbarengan, mengundang tatapan teman-temannya yang lain yang bernasib sama.

Mereka bertiga saling memeluk, berusaha menguatkan karna telah selesai berjuang melawan matematika ilmu yang menyenangkan. 

"Laper," celetuk Rora, "Gue juga.." timpal Ghea. Mereka berdua menatap Inggit, "Ayo kantin." ajak Inggit dengan nada lesu.

Dengan langkah lunglai, mereka bertiga berjalan ke arah kantin untuk mengembalikan stamina mereka yang membara. Baru setengah jalan, mereka sudah berpapasan dengan Tanzil juga ketiga ekornya tengah berjalan berlawanan arah.

Inggit mengangkat tangannya ke atas, melambai ke arah mereka tak bersemangat.

"Kalian kenapa?!" Boy yang memang berlari kecil menghampiri ketiganya langsung bertanya, ada nada kekhawatiran di sana. Inggit menggeleng lemas, "Gapapa."

"PMS? Iya?" tebak Boy. Inggit menggeleng, "Gue... Cape..." jawabnya lirih. "Cape kenapa?!" tanya Boy lagi tak sabar.

"Matematika mematikan..." keluh mereka bersamaan.

Boy terdiam, ingin marah tapi dia kasian juga melihat muka yang terlihat sangat tertekan itu. Ditambah tubuh mereka yang seolah tak memiliki tenaga sedikitpun.

"Idih, alay!" semprot Varez.

"Idih, masa bodo!" balas Inggit meski tak semangat.

"Udahlah mending ke kantin aja bareng, makan biar tubuhnya ada tenaga lagi." ucap Gahar memberi saran.

Tak memedulikan teman-temannya yang tengah adu mulut, Rora lebih tertarik untuk menatap balik Tanzil yang tengah menatapnya meski dengan wajah yang datar.

TANZIRA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang