Seneng nggak aku update? Ayo absen sesuai asal kota kalian yuk 💜💜
Jangan lupa vote, coment, and share ya!!
Selalu antusias supaya aku juga semangat, kita kerjasama...
Spam 💜💜💜:
***
.
.
.
"Kok Raja nggak bilang Rora?" sambungnya.
"Emangnya kalo Raja bilang, Rora bakalan tetep mau sahabatan sama Raja?"
Kepala Rora menggeleng, tentu saja dia tidak akan mau. Bukan tanpa alasan, tapi karna dia tidak mau menyakiti Raja.
Altas tersenyum menanggapi. "Makanya dia nggak bilang kamu." ujarnya seraya mencolek hidung Rora.
Rora jadi bingung, sekarang dia harus bagaimana? "Jadi rora harus gimana?" tanyanya lirih.
"Tetep temenan sama dia, deket sama kamu aja itu udah buat dia seneng."
.
.
.
"Gue males banget ke kantin Nggit..."
Rora mengeluh dengan wajah yang benar-benar terlihat malas, istirahat sudah di mulai sejak tadi namun cewek itu hanya diam tidak niat bergerak keluar.
"Lo mau makan apa? Gue bawain." tawar Inggit pada akhirnya. "Nggak mau," cicit Rora tetap kekeh pada pendiriannya.
Mau tak mau akhirnya Ghea dan Inggit mengalah, mereka berlalu pergi ke kantin meninggalkan Rora sendirian. Biar nanti mereka membawakan donat supaya cewek itu mau makan.
Entahlah Rora sendiri bingung kenapa ia bisa semalas ini, mungkin karna pagi tadi Tanzil sama sekali tidak menghubungi dirinya. Sampai berangkat saja dia diantar sopir. Tangan Rora merogoh saku, berharap ada notice dari cowok itu.
Ia menghembuskan nafasnya panjang. "Tanzil, lo marah gara-gara semalem ya?" gumamnya.
"RORAAA!!!"
Mendengar ada yang memanggil namanya, membuat kepala Rora langsung menegak sempurna. Ghea tiba-tiba saja datang dengan wajah seperti orang yang dikejar setan.
"Apasih Ghe?!"
"Tanzil Ra,"
Mendengar Ghea menyebut nama Tanzil, Rora panik takut terjadi sesuatu pada lelaki itu. "Tanzil kenapa?! Jangan bikin gue khawatir."
"It---"
"Gapapa kok Ra,"
Belum sempat Ghea menyelesaikan ucapannya, Inggit datang dan langsung memotong ucapan cewek itu. Karna ini Rora jadi semakin yakin ada hal yang distutupi darinya, tanpa berbicara Rora langsung pergi dari kelas itu.
"Ra, lo mau kemana?"
"Ra?"
"Ra dengerin gue."
Rora tetap berjalan tanpa memedulikan panggilan sahabatnya. Namun kakinya terhenti seketika saat melihat sesuatu yang sama sekali tidak pernah ia lihat sebelumnya. Tangannya dengan ragu memegang bahu orang yang tengah duduk berdua di depannya.
"Tan---zil?!"
Kepala lelaki itu menoleh, dengan tenang ia bangkit. "Hm?"
"Dia siapa?"
Mata Rora berkaca-kaca, seraya bertanya ia menunjuk orang yang tengah berdiri tepat di samping Tanzil. "Kenalin dia Luby, temen gue waktu di luar negeri dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
TANZIRA [SELESAI]
Teen Fiction[Follow dulu oke.] #9 in wattpad indonesia Spin of Asterlio Bagi Aurora, Tanzil adalah segalanya. Tidak ada alasan apapun yang bisa menghentikan semangatnya untuk mengejar cinta cowok itu. Bagi Tanzil, Aurora pun segalanya. Namun ada banyak yang m...