3.4 | I'm Here

7.8K 816 127
                                    

HAPPY READING DEVZ!

*****

Tanzil memeluk tubuh Rora, mengelus surai gadis itu lembut. Ia turut sedih ketika mendengar kabar jika keadaan Aster mengkhawatirkan, laki-laki itu dinyatakan koma sampai batas waktu yang tak di tentukan.

Rora terus menangis, ia ingin sekali menjenguk sang adik namun tak jua mendapatkan ijin. Kini ia hanya bisa berharap mendapatkan kabar baik dari rumah sakit.

"Tanzil.."

"Rora takut.."

Gadis itu menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Tanzil, "Ada gue disini, lo nggak perlu takut." ucap Tanzil  berharap Rora bisa lebih tenang.

Tanzil melepaskan pelukannya, menangkup wajah Rora dengan kedua tangannya. "Ra.. Dengerin gue,"

"Gue disini, lo nggak perlu takut. Gue pacar lo dan akan selalu jagain lo." sambungnya.

"Aster..." suara Rora bergetar, "Dia sama Zhiva bakalan baik-baik aja 'kan?"

Kepala Tanzil mengangguk yakin, "Pasti." ujarnya seraya mencium kening Rora tulus.

Tadi Tama menelfon dirinya untuk menemani Rora di rumah dan melarang gadis itu untuk pergi kemana pun. Altas tengah sibuk mengurus urusan rumah sakit dan Acha benar-benar dalam keadaan buruk. Wanita itu sangat terguncang mendengar kabar sang anak kecelakaan.

"Tanzil bakalan selalu ada disini untuk Rora?"

Tanzil mengangguk.

"Jangan kemana-mana tanzil," gadis itu kembali memeluk tubuh Tanzil erat.

"I'm here,"

Tanzil membiarkan Rora terus memeluk tubuhnya, "Tidur ya Ra? Lo butuh tidur,"

"Sebentar, Tanzil."

Tanzil diam, mengelus punggung Rora penuh sayang. Beberapa kali ia mencium puncak kepala gadis itu, berharap sikapnya bisa membuat Rora lebih tenang dari sebelumnya.

Setelah beberapa saat, Rora melepas pelukannya. "Tanzil..."

"Tidur ya?" Kepala Rora mengangguk setuju.

Tanzil duduk di tepi ranjang gadis itu, menyuruh Rora untuk naik ke ranjang dan menuntun kepala gadis itu supaya berada di pahanya.

"Gue disini, lo tidur."

***

Mata Rora perlahan terbuka, ia melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 7 malam. Ia merasa aneh dengan posisi tidurnya, tepat saat ia mendongak ternyata ia masih tertidur dalam posisi paha Tanzil sebagai bantalnya dan tangan lelaki itu yang tak melepasnya sama sekali.

Tanzil tertidur, perlahan Rora bangun. Namun gerakan Rora membuatnya kembali terjaga. Ia membantu Rora untuk duduk, "Kenapa?" tanyanya.

Rora menggeleng, "Maaf, gara-gara Rora, Tanzil jadi kebangun."

"Gapapa."

"Rora mau bersih-bersih badan dulu, rasanya nggak enak."

"Iya, biar gue tunggu di luar."

TANZIRA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang