0.4 | Cara Menjaga

10.6K 1.2K 775
                                    

Alooo devz! 💜💜

Gimana kabarnya hari ini? Baik?

Baca sampai akhir ya, ada pengumuman.

***

Malam ini Rora tidak bisa untuk tidak tersenyum. Bukan hanya senyum, tapi rasanya ia ingin berteriak se kencang-kencangnya. Bagaimana tidak? Malam ini, Tanzil datang menjenguk dirinya.

Tidak, tidak malam ini melainkan dari sore hari cowok itu sudah ada disini bersamanya. Mau tau apa alasannya? Alasannya karna jam 6 sore tadi, dr. Surya datang dan memeriksa keadaanya. Dan, bagaimana reaksi Tanzil? Cowok itu sudah seperti malaikat yang siap mencabut nyawa dokter itu jika sampai menyentuh Rora sejengkal saja.

"Tanzil, suapin..." Rora menggoyang-goyangkan lengan Tanzil, ia merengek meminta disuapi makan. "Nggak!"

Rora menatap Tanzil dengan tatapan mematikannya. "Suapain! Tadi aja udah kek pacar yang cemburu, giliran sekarang kek orang asing!" semprotnya.

Seolah tak mendengarnya, Tanzil justru sibuk memainkan ponsel miliknya. Tidak memedulikan Rora yang masih setia merengek bahkan sampai menggigit lengan atasnya.

"Suapin huaaaaa!"

"Suapin! Huaaaaa!"

"Dr. Suryaaa! Ayo kesini lagi buat suapin Roraaaa! Dok---hmph"

Mata Rora terbelalak kala mulutnya dimasukan langsung sesendok nasi penuh oleh Tanzil. "Berisik!" ketus Tanzil.

Hampir saja Rora menangis jika saja Tanzil tidak menatapnya seolah hendak menerkam mangsa.

"Pel---pelan-pelan." cicitnya dengan kepala menunduk. "Biar cepet abis." jawab Tanzil dataar.

"RORAAAA!!!"

Refleks Rora menatap ke arah pintu, ternyata disana Aster yang memanggilnya. Dia menggerakkan kepalanya seolah bertanya. "Kenapa bisa jatuh?" ujar lelaki itu seraya melangkah maju.

Memang Aster baru saja pulang, dan otomatis dia baru tau berita Rora terjatuh sampai tidak bisa berjalan seperti ini. Sungguh kejadian dulu saat Rora terjatuh gara-gara telur, masih membekas di kepalanya.

"Gapapa kok, gue baik-baik aja."

"Sampe nggak bisa jalan gitu, masih ngelak baik-baik aja?" Aster tertawa remeh, dia benar-benar tidak suka jika Rora menutupi sakitnya.

"Lo tenang aja, gue bakalan jagain dia di sekolah nanti."

Mendengar penuturan Tanzil itu, Aster tertawa tak percaya. "Kalo lo beneran jagain Rora, dia nggak bakalan celaka kayak gini, Bang." sarkas Aster terdengar meremehkan.

Tanzil diam mendengar itu, benar juga apa kata Aster. "Lo nggak bisa jawab'kan? Gue kecewa sama lo, Bang." sambung lelaki itu.

Di kepalanya Tanzil benar-benar berpikir keras. Tidak pernah sekalipun Aster berkata seperti ini pada dirinya, baru kali ini dan itu cukup mengejutkan.

"Gu---"

"Lo tau 'kan Bang, seberapa pentingnya Rora buat gue. Jadi lo pasti tau, balasan untuk setiap luka yang digoresin ke dia." ucapan Ater begitu tenang, namun benar-benar menusuk.

"Aster." panggil Rora halus, "Diem dulu Ra, gue udah muak sama sikap dia." ujar Aster menunjuk tepat wajah Tanzil.

Rora meremas kuat ujung bajunya, dia benar-benar takut Aster dan Tanzil bertengkar hingga menyakiti satu sama lain.

"Lo jagain dia nggak sih sebenernya?!" tuding Aster lagi terdengar benar-benar dingin.

Tangan Tanzil mengepal, namun sebisa mungkin ia menahan amarahnya. Dia tidak boleh ikut terpancing, dia harus tenang."Setiap orang itu punya cara mereka sendiri buat menjaga,"

TANZIRA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang