2.9 | Isi Hati

11.5K 1.2K 349
                                        

Happy reading! ♡♥

***

"Lepasin." Rora melepas genggaman Tanzil paksa, tanpa bantahan lelaki itu 'pun melepaskan cekalannya.

"Gue serius, Ra."

Rora sungguh bingung, apa yang di inginkan laki-laki itu sebenarnya? Ia sudah lelah dan memilih menyerah. Tapi, kenapa Tanzil seolah mencegahnya? "Tanzil, Rora capek." ujar Rora lirih.

Ia menarik nafasnya dalam, berusaha menahan air mata yang mulai memenuhi mata. "Udah Tanzil, Rora mohon udah." Rora menatap mata Tanzil dengan tatapan memohon.

"Ra, gu---"

"Selama ini Rora juga berusaha Tanzil, Rora berusaha buat ngejar Tanzil. Tapi apa? Sekarang Tanzil justru dekat dengan orang lain." Rora menjeda sebentar ucapannya, dadanya benar-benar terasa sesak sekarang.

Tanzil hanya diam, ia fokus mendengarkan apa yang akan Rora katakan. Bohong jika sedaritadi dia tidak tegang, "Rora milih berhenti Tanzil.."

"Rora rasa udah cukup, udah cukup Rora kejar sesuatu yang ngga mau di kejar." sambung perempuan itu.

Ada siratan luka di setiap kata yang terucap dari mulutnya, bahkan rasanya ia ingin menangis namun sebisa mungkin ia tahan.

"Rora juga punya rasa, Tanzil.. Rora bisa ngerasain rasa sakit." air mata Rora lolos, matanya tidak bisa lagi untuk menahan air yang akan keluar.

"Kaki Rora udah nggak mau lari, langkah Tanzil terlalu cepat. Rasanya, sampai kapan 'pun langkah Rora dan Tanzil nggak akan beriringan."

Di usapnya air mata yang membasahi pipinya, ia tersenyum begitu tulus. "Jadi sekarang, Rora nggak akan larang Tanzil dekat dengan Luby." ujarnya masih dengan senyum.

"Are you happy, Tanzil?"

Kenapa? Kenapa kalimat itu rasanya begitu sakit ketika terdengar di telinganya, lidahnya 'pun ikut kelu tak bisa berkata-kata. Tanzil hanya bisa diam dengan sorot matanya yang terus menatap ke arah Rora.

"Oke, gue ijinin lo berhenti."

Rora meremas ujung bajunya, air matanya kembali menetes. Ia memalingkan wajah, kalimat itu terlalu sakit untuk di dengar.

"Iya Tanzil, terimakasih."

Tanzil menarik nafas sebelum akhirnya melanjutkan kalimatnya. "Karna sekarang lo ngga perlu lari lagi, gue yang akan samain langkah gue dengan langkah lo."

"Hah Tanzil?---"

Telunjuk Tanzil langsung menempel di bibirnya, "Gue belum selesai ngomong. Dengerin gue baik-baik, nggak ada pengulangan." tegasnya.

Rora mengangguk menurut, bola matanya kini terlihat lebih maju. "Gue sayang sama lo, Aurora."

Deg

Rora terdiam, sungguh dia tidak tau harus bereaksi seperti apa. Apa Tanzil serius mengatakannya? Apa Tanzil benar-benar mengutarakan itu dari hatinya? Tolong, beri Rora jawaban.

"Sekarang lo boleh jawab."

Tanzil menarik kembali telunjuknya dari bibir Rora, Rora mengedipkan matanya berkali-kali karna masih shock dengan tindakan Tanzil sebelumnya.

"Tan---zil, coba bicara sekali lagi."

"Ck! Pergi lo sana, males gue." Tanzil berdecak, ia memalingkan wajahnya begitu kesal.

TANZIRA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang