Happy reading ♡♡♡
***
Hari-hari Rora tanpa kedua orangtuanya terasa begitu membuatnya malas, apalagi Altas belum menelfonnya hari ini. Sudah dia spam namun belum ada balasan, nomor Acha pun sama saja.
"Aaa Daddy sama Bunda kemana sih?!" geramnya seraya mengusap wajahnya kasar. Ia kembali melihat ponsel namun tetap belum ada balasan sama sekali. "Daddyy! Bundaa! Rora kangen huaaaa!"
Ia merengek menghentak-hentak'kan kakinya di atas ranjang kamar, dengan posisi tubuh tengkurap membuat suaranya tertahan.
"Telfon semut!" kepalanya tiba-tiba mendongak, saat tau apa yang harus ia lakukan. Tanpa berpikir panjang lagi ia segera mencari kontak yang ia tuju.
Gotcha! "Halo! Daddy sama Bunda mana?" tanpa basa-basi Rora langsung menanyakan keberadaan Acha dan Altas.
"Maaf Non, mereka sedang ada urusan. Termakasih."
Tut...
Telfon dimatikan secara sepihak, membuat Rora mengernyitkan dahinya bingung. "Ih kok di matiin sih?!" dumelnya kesal.
"Roraaaaa!"
Suara lengkingan yang sangat Rora kenal itu merusak pendengarannya, ia menutup telinga seraya mulai bangkit untuk membuka pintu kamarnya.
"Inggit! Ghea! Bisa nggak jangan kayak toa?!"
Inggit dan Ghea menyengir kuda. "Maaf." ucap mereka berdua berbarengan.
Dengan tidak tau malunya, Inggit dan Ghea sudah lebih dulu masuk. Bahkan langsung berbaring nyaman di ranjang Rora.
***
"Eh, gue mau tanya deh. Emangnya bener minggu ini ada acara ke pantai bareng?"
"Hah?! Pantai apaan?"
Boy yang tengah bermain PS bersama Varez menghentikan pergerakannya, ia menghampiri Gahar meminta penjelasan soal pantai.
Gahar menggaruk kepalanya, "Masih belum paham sih gue, tapi katanya birthday party Zahra tahun ini sih di pantai."
Boy mencoba mengingat, Zahra? Siapa itu Zahra? Namanya asing. "Siapa tuh?"
"Dih dongo! Itu mantan lo yang ke-15 bangcat! Sekaligus anak hits di sekolah kita."
Zahra, ya dia adalah siswi hits SMA Pelita yang kebetulan satu kelas bersama Luby. Setiap tahunnya sejak kelas 10 memang selalu menggemparkan dengan acara ulang tahunnya yang fantastis. "Kita diundang?" Varez bertanya.
"Diundang, kita kan cowo-cowo keren." bangga Gahar menyeka rambutnya ke belakang. Varez bergidik, ia melirik Tanzil. "Dateng nggak Zil? Di pantai bro."
Kepala Tanzil mengangguk. "Dateng, Luby minta gue buat nemenin dia."
"Dih anak dajjal lagi! Gue muak denger nama itu!" Boy berkata dengan nada kesal. "Urusan buat gue?" jawab Tanzil santai.
Gahar dan Varez saling tatap, ini bisa ribut dan harus segera di pisahkan. "Udahlah! Oke kita dateng." ujar Varez menyela.
"Hm." sahut Tanzil singkat.
Pada dasarnya Tanzil sangat tidak ingin datang, terlebih acara itu malam hari dan di pantai pula! Namun sudah tau 'kan jika ia tidak bisa menolak ajakan Luby.
Apalagi Luby dan Zahra cukup dekat, Luby pasti tidak akan mau jika tidak datang. Tapi yang Tanzil pikirkan adalah Rora datang dengan siapa? Haruskah ia membiarkan perempuan itu datang bersama Raja?

KAMU SEDANG MEMBACA
TANZIRA [SELESAI]
Teen Fiction[Follow dulu oke.] #9 in wattpad indonesia Spin of Asterlio Bagi Aurora, Tanzil adalah segalanya. Tidak ada alasan apapun yang bisa menghentikan semangatnya untuk mengejar cinta cowok itu. Bagi Tanzil, Aurora pun segalanya. Namun ada banyak yang m...