5.5 | Janji

6.4K 696 946
                                    

HALO-!!!

⛔ WAJIB VOTE DAN COMENT ⛔

SELAMAT MEMBACA

❤❤❤

koreksi typo ya tsay.

*****

Pernah merasakan ada disituasi dimana kita merasa tak nyaman berada disuatu tempat padahal sebelumnya tempat itu adalah tempat ternyaman kita.

Mungkin itulah yang dirasakan oleh Rora sekarang. Dimana ia harus berada dalam satu mobil bersama Tanzil, membuat dia benar-benar canggung juga bingung.

"Ra!" suara berat Tanzil memanggil namanya, sontak Rora menoleh. "Apa?"

"Jangan jadian sama Raja."

Alis Rora terangkat sebelah, "Urusan Tanzil apa? Ngatur-ngatur Rora."

"Gue nggak maksa lo buat balik sama gue, gue juga tau kita berakhir karna ke-egoisan gue. Tapi tolong, dengerin gue kali ini."

"Mau Rora sama siapa itu urusan Rora, bukan Tanzil. Kita udah nggak ada apa-apa sekarang."

"Gue tau, gue cuma mau lo nggak nerima Raja."

"Kenapa? Kasih tau alasannya, Rora nggak suka ya Tanzil larang-larang kayak gini."

Intonasi suara Rora meninggi, dia benar-benar kesal jika Tanzil menejelek-jelek 'kan orang lain. Lagipula Raja adalah sosok laki-laki yang baik,  bahkan sangat baik.

"Dia nggak sebaik yang lo kira, meskipun dia baik juga tetep aja dia bakalan kalah sama yang lebih berkuasa."

Semua kalimat itu Tanzil ucapkan hanya dengan satu tarikan napas, ini adalah kali pertama Rora melihat Tanzil se-emosi itu.

"Please, Ra.. Dengerin gue." sambung cowok itu.

"Kenapa sih?!"

"Kenapa Rora nggak boleh deket sama siapapun? Bahaya, bahaya, bahaya! Apa?!"

Gadis itu berbicara dengan bibir bergetar, menahan tangisnya. Akhirnya Tanzil menepikan mobilnya, dia menatap Rora kemudian membawa tubuh gadis itu ke pelukannya.

Rora memberontak, tapi tetap saja tenaganya kalah dengan Tanzil. Hingga akhirnya ia luluh, membalas pelukan Tanzil meremas kuat punggung cowok itu.

"Terus Rora harus sama siapa? Tanzil aja ninggalin Rora... Hiks...".

"Nggak, Ra.. Gue nggak ninggalin lo. Gue masih disini." bisik Tanzil. "Bohong! Semua yang Tanzil ucapin itu bohong!"

"Shutt... Tenangin diri lo dulu, gue disini." telapak tangan Tanzil tak henti mengelus lembut surai Rora, menenangkan dia yang masih menangis tersedu-sedu.

Pelukan Rora melonggar, namun masih enggan melepasnya. Rora masih menempelkan pipinya di bahu cowok itu, seraya tangannya terus melingkar di pinggang Tanzil.

Pun Tanzil yang masih memeluknya, menumpukkan dagunya di bahu Rora. Dengan tangan yang masih senantiasa mengelus surai menenangkan.

TANZIRA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang