2.0 | Berhenti?

9.3K 1.1K 389
                                    

Happy reading semuanya♥♥♥

Jangan lupa vote dan coment ok!

Bantu koreksi kalo ada typo!

***

"I'm with you, don't cry."

Mendengar kalimat itu, bukannya menghentikan tangisnya Rora justru semakin meraung. Tangisnya semakin pecah, bahkan sampai tubuhnya terduduk di jalanan.

"AAAAAAAAA! RORA SALAH APAAAA! Rora cinta sama Tanzil...."

Rora berteriak kencang, semakin lirih saat kalimat akhir. "Raja..." panggilnya terdengar pilu.

Raja. Laki-laki yang sedaritadi berada di belakang tubuhnya, berpindah berjalan menuju ke hadapannya. Ia mensejajarkan tingginya sama dengan perempuan itu, mengulurkan tangannya memegang bahu Rora. Perlahan membantu perempuan itu untuk berdiri.

Tidak ada kata yang terucap, yang ada hanya bunyi air hujan yang turun dan tangis Rora yang tersamarkan. Dengan lembut, Raja menarik tubuh perempuan itu ke pelukannya. Mendekapnya erat, dan mencium puncak kepalanya begitu tulus.

"Raja..."

"Ini sakit ba.. Nget... Tanzil... Di--dia sama Luby.. Hiksss sakit..." Rora meremas kuat baju Raja, menenggelamkan wajahnya pada dada bidang laki-laki itu.

Tubuhnya bergetar, tangisnya tak jua usai. "Rora salah apa Raja?.. Kenapa rasanya bisa sesakit ini?.." lirihnya.

"Tanzil nggak pernah sebahagia itu sama Rora... Nggak pernah Raja..."

"Dia tadi ketawa... Hiksss... Dia nggak pernah gitu ke Rora..."

Tidak ada jawaban apapun dari laki-laki yang kini tengah mendekapnya itu. "Rora salah ya Raja? Rora salah karna terlalu cinta sama Tanzil?"

Kepala Rora menggeleng saat bayangan kejadian itu kembali hinggap di pikirannya. Sakit, rasanya begitu sakit. "Kenapa Tanzil jahat Rajaaaaaa!" teriak Rora lagi.

Raja semakin mengeratkan pelukannya, seolah berkata masih ada dia disini. Hanya diam saat Rora meluapkan emosi dengan memukul-mukul dadanya.

"Tanzil jahat..."

"Tanzil nggak sayang sama Rora.."

"Tanzil nggak pernah berlaku sebaik itu ke Rora.."

"Hiksss.. Harusnya Rora sadar... Rora bego! Cinta Rora bertepuk sebelah tangan.."

Rora terus menyalahkan dirinya sendiri, sedangkan Raja masih terus diam tanpa suara. "Raja... Sakit banget..."

"Apa Rora senggak pantas itu untuk Tanzil cintai? Iya Raja?"

Mata Raja terpejam mendengarnya. "Rora jelek banget ya? Hikssss sampai Tanzil sampai begitu? Hiksss..."

Hening, hanya isak tangis dan suara hujan yang terdengar. Raja sama sekali tak melepas pelukannya, bahkan sama sekali tak melonggar.

Setelah beberapa saat, kepala Rora mendongak. Ia melihat wajah Raja dari bawah. Ia cukup terkejut melihat bagaimana ekspresi laki-laki itu, rahangnya mengeras, urat di lehernya tercetak jelas. Belum lagi giginya yang terdengar menggertak.

TANZIRA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang