3.7 | Pelaku

7.4K 856 263
                                        

HAPPY READING

*****

Rora masih diam membalas pelukan Tanzil yang tak jua lepas, gadis itu masih membiarkan Tanzil memeluk tubuhnya dan mendusel pada ceruk lehernya. Tangan Rora masih terus mengelus punggung cowok itu, seraya berbisik mengatakan jika dia baik-baik saja.

"Lo maafin gue 'kan, Ra?"

"Ra..."

Tanzil bertanya namun masih enggan melepas pelukannya. "Untuk apa? Tanzil nggak salah apapun sama Rora." jawab gadis itu.

"Hari ini gue gagal jagain lo,"

"Dan hari-hari sebelumnya.." sambungnya dengan suara semakin lirih.

Rora melonggarkan peluka perlahan, kemudian menatap Tanzil dengan senyuman. "Tanzil... Mereka nggak salah, Rora memang anak angkat 'kan? Itu kenyataanya." ada sirat kesedihan di wajahnya meski ia seberusaha apapun untuk terlihat baik.

"Dan..." Rora menjeda ucapannya sebentar, seolah berat untuk berucap. "... Mereka bener, Rora ngejar-ngejar Tanzil kayak orang nge---"

"Shut... Enggak, Ra. Dari dulu gue memang milik lo,  bahkan sejak kita kecil. Gue udah bilang kalau  lo akan selalu jadi milik gue." Tanzil memotong ucapan Rora.

Air mata perempuan itu turun dengan sendirinya, sungguh tadinya dia tidak ingin menangis di depan Tanzil. "Tanzil, jangan tinggalin Rora ya?" ucap gadis itu lirih.

Dengan lembut Tanzil menghapus jejak air mata Rora, "Gue nggak akan ninggalin lo, janji." ucapnya serius.

"Makasih udah ada, Rora sayang sama Tanzil." Rora kembali memeluk tubuh itu, menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Tanzil.

"Tidur ya? Besok masih harus sekolah."

"Tanzil mau pulang?"

"Gue disini sampai lo tidur."

Rora mengangguk mengiyakan, kemudian Tanzil melepaskan pelukan Rora dan menuntun gadis itu ke ranjang.

Tanzil duduk di tepi ranjang, menepuk pahanya mengisyaratkan Rora untuk menjadikannya bantalan. Rora menurut dan segera membaringkan tubuhnya.

"Tanzil."

"Hm?"

Tanzil menatap Rora menunggu kata yang akan di katakan perempuan itu. "Jangan bilang, Daddy." cicit Rora.

Tanpa berpikir Tanzil mengangguk. "Enggak, gue nggak akan bilang apapun."

"Makasih, Tanzil."

"Iya."

Tanzil memang tidak akan bercerita apapun pada Altas, karna Altas akan mengetahui itu semua sendiri nantinya. Pria itu punya kekuasaan, bahkan mungkin pria itu sudah tau sekarang.

Mata Rora sudah mulai terpejam, dengan lembut Tanzil mengelus surai Rora. Seraya memandangi wajah damai gadisnya yang benar-benar terlihat sempurna, sungguh.

"Cantik," gumamnya.

.
.

Dua bocah tengah berada di taman belakang rumah keluarga Derandra. Duduk berdua di bangku taman yang terlihat sangat menggemaskan. Satu bocah laki-laki hanya duduk sambil memandangi sekitarnya, sedangkan bocah perempuan di sampingnya tengah memeluk sebuah boneka.

TANZIRA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang