01 | Reina & Reino

1.4K 99 12
                                    

01. Reina & Reino

"Yeu, Goblok!"

"Gue beneran, Anjir. Ya kali pacar cuek banget. Itu namanya dia nggak sayang."

"Diam lo, Nyet!"

Cowok tinggi berambut hitam pekat dengan baju SMA yang melekat di tubuhnya pun balas mendesis ketika mendengar kata-kata kasar cewek pendek di sampingnya. Posisinya dia dan cewek itu sedang duduk di atas ranjang yang lumayan besar. Sedang memakai sepatu, bersiap untuk pergi ke sekolah.

"Daripada pacar lo. Terlalu welcome. Siapa tahu gatel sana-sini. Hiiii, ngeri." Cewek yang sama memakai seragam sekolah itu pun membalas, bahunya dia angkat ke atas, pura-pura merasa ngeri.

"Lo ngatain pacar gue?!" Cowok tadi duduk tegak setelah selesai mengikat tali sepatunya.

"Apa? Nggak terima lo, hah?!"

"Jelas nggak lah! Cewek gue itu cewek paling setia sejagat raya. Jangan sok tahu lo!"

Cewek berambut sebahu tadi manyun sambil manggut-manggut. Dia bangkit setelah selesai mengikat tali sepatunya. "Oh, setia, ya? Setia matamu!" Sekarang mereka saling menatap tajam. Walaupun sang cewek harus mendongak sebab dirinya terlalu pendek.

"Apaan sih lo? Sok tahu banget!"

"Dasar egois! Tadi lo yang mulai ngata-ngatain pacar gue duluan. Timbang gue ngata-ngatain balik nggak terima!"

"Gue nggak ngata-ngatain, Nana Goblok. Gue ngasih saran, tadi lo 'kan minta pendapat. Aduh, pengen tak hihhhh!"

"Tapi lo tadi ngata-ngatain, Bangsat."

Pupil cowok itu melebar dengan sendirinya. Bibirnya manyun-manyun antara kaget dan kesal. "Lo barusan ngumpatin gue?!"

Cewek itu maju satu langkah, memasang wajah yang sengaja dia seram-seramkan. Padahal tak terlihat seram sedikitpun. Malah terlihat cringe. Dia memelototi cowok tinggi di depannya. Dia menjinjit, memasang mulutnya tepat di telinga sang cowok. "Iya. Lo bangsat."

Cowok tadi refleks mundur seraya mengusap lehernya yang merinding. "Wah gue aduin lo! Ma ... Nana ngomong kasar nih! Dia ngatai----"

"Dasar tukang ngadu!" Cewek berbibir tipis berwarna pink itu membekap mulut sang cowok rapat. Rapat sekali dan kuat sampai rasanya gigi cowok itu mundur ke belakang.

"Anjir, lepasin! Tangan lo bau!" Cowok tadi mengelap mulutnya dengan bajunya.

Cewek tadi mencium tangannya. Lalu tertawa puas. "Mampus! Sepatu gue belum gue cuci tujuh bulan. Enak 'kan baunya?"

Cowok tadi lagi-lagi melotot, matanya membulat sempurna. Mulutnya membulat, menahan rasa mual yang sudah berada di tenggorakan. "Nana goblok!" jeritnya. Dia langsung berlari menuju kamar mandi yang sudah ada di dalam kamar itu sendiri. Berusaha untuk muntah walaupun tak ada yang keluar karena dia memang belum makan apa-apa.

"Nana, ada apa? Kenapa ribut banget?"

Saat sedang puas-puasnya tertawa, cewek tadi menoleh ke pintu. Ada seorang perempuan berumur empat puluh enam tahun yang cantik yang menatapnya sedikit tajam. Lantas, cewek tersebut memamerkan deretan giginya agar terlihat imut, supaya tak kena omel. "Nggak papa, Ma. Tadi Nono mules katanya." Lantas, cewek itu mendekati wanita tadi, yang ternyata adalah mamanya. Berjalan mendahului pergi keluar kamar.

Namanya Reina Pradipta Bagaskara, tapi orang rumah dan teman-temannya memanggilnya Nana. Dan cowok tadi, namanya Reino Gusmanto Argantara, dan orang rumah beserta teman-temannya pun memanggilnya Nono. Alasan kenapa bisa dipanggil Nana dan Nono padahal namanya bagus, itu karena orang tuanya lah yang memanggilnya begitu. Katanya biar simpel. Jadilah dua orang itu dikenal sebagai Nana dan Nono. Malahan kadang-kadang orang lain tidak tahu siapa Reina dan Reino. Tahunya Nana dan Nono.

Rei(na) & Rei(no) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang