12 | Cowok Berahang Tegas

285 48 8
                                    

Si Mungil Tukang Ngumpat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Si Mungil Tukang Ngumpat

Si Tiang Tukang Ngumpat (Juga)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Si Tiang Tukang Ngumpat (Juga)

12. Cowok Berahang Tegas

"Jam tujuh. Telat gue bacok lo pada."

"Iya-iya. Gue mana pernah ingkar janji." Diandra menyahut.

Reina tersenyum meledek, "Iya-iya yang nggak pernah telat. Tapi awas aja kalo lo nggak jadi datang. Gue mutilasi lo," ancamnya lagi main-main.

Diandra menggeleng sambil tertawa mendengar perkataan main-main Reina. Membuat Reina ikut tertawa.

"Lo juga, Vi, jangan lupa bawa coklatnya, oke?"

Navia mengangguk, "Sip. Gue bawa semuanya. Lagi pula itu kata bokap gue buat dimakan bareng kalian kok."

"Asik, Bapak Ronald baik, ya."

"Iya, Bapak Ardan." Setelah saling ledek nama orang tua, Reina dan Navia tertawa.

"Udah-udah pada bacot banget. Kayak mau pisah lama aja. Udah jam tujuh di rumah Raja. Yang telat bayar pizza," kata Reino setengah kesal. Karena para sahabat ceweknya itu sibuk mengobrol selama perjalanan dari kelas ke luar gedung sekolah jadi terasa lama.

"Nggak adil, Njir. Si Raja kalo kayak gitu mana bisa telat." Reina langsung protes.

"Tapi ngutang dulu ke Raja," tambah Reino sambil nyengir kuda. Membuat pukulan mendarat di lengannya dari Raja. Dan keempat orang di sana terbahak tentunya tidak dengan Raja.

"Udah ah, supir gue udah nungguin. Bye." Raja melenggang pergi setelah berkata. Dia memimpin berjalan menuju gerbang sekolah. Meninggalkan para sahabatnya yang masih berdiri di depan gedung sekolah.

"Awas digodain cewek ganjen lagi, Ja!" Teriakan Reina itu membuat Raja menoleh menatapnya tanpa ekspresi. Dan yang menggoda tertawa melihat ekspresi yang digoda. "Kalo butuh bantuan bilang aja, ya, tapi entar minta upah uang delapan puluh juta buat ke Korea ketemu Tetet!" Raja mendesis melihat sikap Reina. Geleng-geleng kepala sesudah kepalanya tegak lurus menghadap ke depan lagi. Bola matanya berkeliling memantau mobil yang terparkir di pinggir jalan, untungnya setelah hari itu Reina memarahi mereka dengan mengaku menjadi pacar dirinya, cewek-cewek itu tak pernah muncul lagi. Namun, tetap saja rasa takut itu muncul. Takut saja tiba-tiba mobilnya dikerubungi layaknya gula yang dikerubungi semut.

Rei(na) & Rei(no) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang