44 | Kesempatan Itu Datang

125 29 25
                                    

Cintanya Nono

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cintanya Nono

Temennya Nana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Temennya Nana

44. Kesempatan Itu Datang

Reina menangis sesenggukan. Sakit hatinya tidak bisa dielakkan. Sakit hati yang disebabkan oleh keluarga adalah yang paling sakit, itu menurutnya.

Menampar bukanlah jenis keributan yang terjadi di rumah ini. Tidak pernah terjadi malah. Reina tadi begitu shock ketika dengan gampangnya telapak tangan panas sang kakak melayang tepat ke pipi kanan. Sebesar apapun Reina membenci orang lain, tamparan bukanlah jenis perlakuan kasar darinya yang akan keluar. Tidak ada di pikirannya sama sekali. Apa lagi melakukannya kepada saudara.

Jambak-jambakan, saling memukul dengan bantal, tendang-tendangan, saling mengumpat, sudah hanya itu yang biasa dilakukan dia dan para kakaknya kala bertengkar. Namun, kali ini tamparan. Rasanya sungguh berbeda untuk Reina.

Pintu terbuka pelan, membuat kepala cewek mungil yang terisak dengan lutut tertekuk terangkat. Menatap Reino yang berjalan mendekat ragu-ragu. Baru berani muncul setelah sekitar lima belas menit menunggu di luar. Reina butuh waktu untuk menangis sendirian, pikir Reino.

Duduk di sisian ranjang, cukup jauh dengan Reina yang duduk bersandar di kepala ranjang. Menatap pelan-pelan wajah Reina yang memaling darinya.

"Butuh pelukan?"

Reina ingin sekali menghambur ke pelukan Reino melihat tangan cowok itu sudah terbuka lebar. Menangis kencang setelahnya. Namun, menguatkan diri untuk tidak melakukannya. Kejadian tadi memalukan, dan melihat orang yang tadi melihat kejadian tersebut juga membuatnya malu.

"Sakit?"

Reina mencoba mundur walaupun tidak bisa karena sudah terpentok. Hanya sebatas memberi kode agar cowok itu tidak mendekat. Bagusnya Reino menurut dengan kembali duduk menjaga jarak walaupun wajahnya sedikit kecewa karena ditolak.

"Bisa lo keluar?"

Hati Reino nyeri dimintai seperti itu oleh Reina. Bahkan dirinya pun tak dipercayai oleh cewek itu sebagai tempat melepas tangis. Tahu kalau rasa sakit Reina kali ini tidak bisa disamakan dengan hal-hal lain. Melihat cewek itu begitu murung dengan tatapan kosong membuatnya paham tentang rasa sakit itu.

Rei(na) & Rei(no) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang