Lama bgt ya nunggu aku update:" aku sibuk banget soalnya. Maaf:"
61. Hubungan yang Kembali Membaik
Linglungnya Reino cukup lama, dan ketika tersadar, dirinya tidak sadar sampai memegangi tembok sebagai penopang tubuh yang lemas. Reina ini benar-benar, sudah dibilang untuk jangan mengucapkan kalimat seperti itu dengan enteng. Tidak tahu saja efeknya tubuh Reino sampai lemas seperti ini.
Reino gedor pintu dua kali karena mendengar suara pintu dikunci. "Na, buka pintunya." Kembali digedor kemudian. Reino masih sadar untuk tidak menggedor dengan ribut sebab takut kena omel kedua mama. "Na, kita perlu bicara."
Reino terbirit lari ke samping kamar Reina. Ambil tangga dan pasang tepat ke jendela kamar di atas sana. Sayang sekali, belum jauh naik, matanya sudah saling tatap dengan pacarnya yang tidak tahu dirinya masih boleh panggil begitu atau tidak.
Reino beri tatapan memohon pada Reina untuk tidak melakukan hal jahat. "Na, tolong jangan." Gelengan Reino begitu was-was. Semakin panik saat tangan Reina bergerak. Dan cewek mungil itu benar-benar mendorong tangga agar jatuh.
Lenguhan Reino terdengar cukup menyakitkan. Bokong dan punggungnya menghantam tanah. Untung saja kedua tangan yang sudah memiliki otot cukup banyak sekarang hasil dari rajin nge-gym menyelamatkannya. Tangga tidak menimpanya sebab kedua tangan sigap menahan.
Putus atas dasar apa? Awas saja jika Reina jawab karena sudah tidak cinta lagi. Pembohong. Reino tadi jelas-jelas lihat bagaimana wajah penyesalan cewek itu ketika melihatnya terjatuh. Dan sekarang sudah tidak bisa sebab Reina cepat-cepat tutup jendela kamar beserta gordennya.
"Nono?"
"Abang?" Reino balas dengan wajah bingung dapati Davian yang barusan menyapanya.
"Astaghfirullah, kamu kenapa?" Kakaknya yang baru pulang setelah berbulan-bulan itu langsung membantunya untuk bangkit.
***
Reina hanya sedang termenung duduk di kasur sambil melipat kaki saat ketukan pintu terdengar. Tidak adanya suara pengetuk buat Reina ragu haruskah membuka atau pura-pura sedang tidur. Takut itu mama atau juga Reino. Reina belum siap untuk bertemu manusia-manusia yang disebutkan tadi.
Namun, entah kenapa kali ini Reina memilih untuk bangun dan bukakan pintu yang dikunci itu. Tangannya cukup ragu saat akan memegang kenop pintu setelah membuka kunci.
Karena Reina menunduk, yang dilihat pertama kali dari seseorang yang berdiri di depan pintu adalah kakinya. Ini kaki cowok, tapi bukan Reino dan jelas bukan dua mamanya. Saat Reina angkat kepala, Reina tidak bisa tahan ekspresi untuk tidak terkejut ketika menemukan orang itu adalah Davian.
"Abang!"
Reina langsung peluk kakak kesayangannya yang tega tinggalkan berbulan-bulan itu ketika tangan Sang kakak terbuka lebar. Pelukan erat diterima Davian setelahnya.
"Mau pergi jalan-jalan?"
Reina diam cukup lama dengan senyuman mengambang. Diamnya karena memikirkan alasan kenapa kakaknya tidak tanyakan kabar. Dan akhirnya kepalanya mengangguk manis dengan senyuman lebar. Reina sadar cepat jika kakaknya sudah tahu apa yang terjadi.
Reina juga sempat curi pandang pada Reino yang duduk di sofa sambil memperhatikan dirinya dengan Davian.
***
Masalah yang sedang dialami menjadi hal yang terasa tidak penting lagi saat dirinya sedang bersama Davian. Tidak terlalu spesial, mereka hanya pergi ke tukang bakso langganan di depan komplek perumahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rei(na) & Rei(no) [END]
Fiksi Remaja[FOLLOW SEBELUM BACA] [TIDAK PEDULI SEJELEK APA KARYA SAYA, SAYA TIDAK MENGIZINKAN PLAGIAT DALAM BENTUK APAPUN] Hanya keseharian dari Reina dan Reino. Anak yang sengaja dibuat di malam yang sama. Mereka bukan keluarga, apa lagi adik kakak. Akarnya a...