16. Ide Cemerlang Reina
Dengan senyumnya yang tak kalah secerah matahari di atas, Reina tengah berdiri di trotoar jalan sedang menunggu busnya. Ya, untuk hari ini dan seterusnya Reina memilih untuk berangkat dan pulang sekolah naik bus.
Reina menatap sebuah gantungan tas macan yang dicurinya dari tas cowok berahang tegas waktu itu. Biar apa? Ya biar punya alasan buat ngobrol lah! Benar, ini ide cemerlang Reina.
"Serius lo nggak mau bareng gue?" Reino yang barusan memberhentikan Nunu itu bertanya tepat di samping Reina. Mengangkat kaca helm agar suaranya terdengar lebih jelas mengingat cewek itu seringkali hanya membalas dengan hah heh hoh.
Reina langsung menggeleng. Setelahnya mengibaskan tangan menyuruh agar cowok itu pergi dari pandangannya.
"Ya udah. Kalo dijambret jangan nangis. Awas aja lo ngerepotin gue."
Baru saja Reina akan menggeplak lengan Reino, tetapi cowok itu sudah pergi terlebih dahulu. Mengendarai Nunu dengan kencang. Jadilah Reina hanya mendesis. Untungnya, belum lama busnya datang. Reina langsung naik tanpa basa-basi. Mengambil duduk di samping kaca yang letaknya di jok urutan ketiga dari belakang.
Kepalanya menengok kanan kiri. Mengitari bus yang isinya hanya ada beberapa orang saja. Itu juga ibu-ibu dan bapak-bapak yang sepertinya akan pergi ke pasar. Tetapi Reina memilih berpikir positif. Pasti ketemu! Reina meyakinkan dirinya.
Reina menyalakan ponselnya, mengecek jam. Sudah pukul enam lebih tiga puluh tiga menit. Semoga saja pilihannya untuk naik bus tidak salah. Ya, tapi kalau telat juga tidak papa, sih. Reina akan pulang lagi. Nonton drama Korea banyak-banyak. Horeee.
Tiap kali bus berhenti untuk mengangkut penumpang, pasti Reina langsung sigap. Tetapi kala orang itu bukan cowok berahang tegas, Reina mendesah kecewa.
Waktu terus berjalan. Sisalah lima belas menit untuknya. Maksudnya lima belas menit lagi bel sekolah berbunyi. Bus ini juga sudah dekat ke sekolahnya. Tetapi cowok tampan itu juga belum muncul. Membuatnya merasa kecewa.
Seperti sebuah keajaiban, cowok itu sekarang muncul. Saking senangnya, refleks Reina bangkit dari duduknya sambil nyengir. Membuat para penumpang lainnya menatapnya heran. Buru-buru, Reina duduk kembali sambil memasang wajah tak nyamannya.
Melihat cowok itu mengambil duduk jauh; di depan, Reina langsung bangkit untuk mendekat. Ragu-ragu menjatuhkan bokong di sebelah cowok itu. Bukan tepat di sampingnya, tetapi di baris kursi sebelahnya.
Merasa ada pergerakan seseorang, sang cowok menengok. Langsung dihadiahi senyuman manis dari Reina. Walaupun merasa bingung, dia balas tersenyum sambil mengangguk-angguk.
Ponsel Reina berdering. Itu telepon dari Reino. Tanpa pikir panjang, langsung Reina matikan.
***
Dan sedangkan itu, di dalam kelas, Reino sedang duduk di atas meja sambil memasang ponsel di telinga.
"Kampret! Kok dimatiin?" gumamnya. Dia langsung kembali menekan tombol telepon. Menelepon ulang. Tetapi belum juga lama, teleponnya langsung ditolak lagi. "Nih cewek ke mana, sih? Udah tahu bentar lagi masuk."
***
Saat tahu sudah hampir sampai di sekolah, tinggal beberapa kilometer, Reina merasa bimbang. Haruskah dia turun dan merelakan momen dengan cowok ini?
Dan, ya, Reina sudah memilih pilihannya dalam beberapa detik. Reina sengaja tak berbicara "kiri" pada sang supir. Jadilah bus tetap melaju. Melaju melewati SMA Ardatama.
![](https://img.wattpad.com/cover/270119067-288-k223190.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rei(na) & Rei(no) [END]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] [TIDAK PEDULI SEJELEK APA KARYA SAYA, SAYA TIDAK MENGIZINKAN PLAGIAT DALAM BENTUK APAPUN] Hanya keseharian dari Reina dan Reino. Anak yang sengaja dibuat di malam yang sama. Mereka bukan keluarga, apa lagi adik kakak. Akarnya a...