02 | Reina Cemburu

555 79 5
                                    

02. Reina Cemburu

Kedua anak yang sering dipanggil kembar hanya karena namanya yang hampir sama itu segera berlari selepas Reina memarkirkan motornya asal-asalan. Saking buru-burunya helm masih terpasang di kepala keduanya.

"Nunu dikunci setang belum?"

Reina menjawab pertanyaan Reino tanpa menengok, "Mana sempat! Keburu ketangkap!"

Nunu itu motor Scoopy mereka yang berwarna putih. Itu ide keduanya. Katanya supaya tiga besar. Ya, jadi Nana, Nono, dan Nunu. Terserah mereka saja.

"Woy, jangan lari lo!" Alby berlari terlebih dahulu, disusul oleh Adrian di belakangnya.

Hubungan antar kakak beradik dari dua keluarga itu tak ada yang baik. Semua sifat mereka juga tidak ada yang kalem. Bertengkar itu makanan sehari-hari. Lebih parah lagi karena tidak ada yang mau mengalah. Jadilah Nita dan Ira harus berteriak dulu agar keadaan tenang. Tetapi tidak untuk Davian. Anak yang paling tua dari anak-anak lainnya itu lebih cenderung diam, penurut, pokoknya baik. Mungkin karena tidak ada teman gilanya? Bisa dibilang gitu.

Sebab lari tak memperhatikan jalan, Reina dan Reino mendapatkan banyak kata umpatan dari murid-murid. Serius, kalau bukan karena lagi terburu-buru, Reina akan memarahi mereka balik padahal dirinya yang salah. Jadi anggap saja murid-murid itu sedang beruntung. Beruntung karena terhindar dari Reina pemilik mulut cempreng kalau sedang marah. Sangat memekakkan telinga.

Masuknya Reina beserta Reino ke dalam kelas yang entah kelas siapa berhasil membuat semua orang di dalam kelas kebingungan. Keduanya memang asal masuk sebab tahu kalau di situ ada guru, niatnya sih biar kedua kakak setannya itu tidak berani masuk.

Dan keadaan yang semula sempat hening, tiba-tiba jadi ricuh sebab tingkah dua manusia yang entah semua orang di kelas tak kenal karena memakai helm dibarengi dengan suara sirine. Semua murid bangkit dari duduknya, menjerit-jerit tidak jelas.

"Tolong tenang! Tolong tenang!" Guru yang berusaha menjaga keseimbangan sebab tersenggol-senggol itu berteriak keras, berusaha menenangkan para murid yang nampak kesetanan kala salah seorang murid bicara ada kebakaran. Namun naas, suaranya bahkan mungkin tidak terdengar sebab teriakan para murid terutama perempuan yang membuat telinga rasanya hampir tuli.

Dua anak laki-laki dengan baju yang keluar dari dalam celana memasuki ruang kelas sambil memasang wajah marahnya. Rambutnya acak-acakan, dasinya miring-miring, napasnya ngos-ngosan.

"NANA, NONO!"

Mendengar suara teriakan dari arah pintu, semua orang menoleh bersamaan setelah tadi berhenti berlari dengan kompak.

Mata Alby dan Adrian manyapu seluruh bagian dari ruang kelas, berusaha mencari sosok Reina dan Reino. Tapi bukannya ketemu, keduanya malah terkejut sebab bertukar manik dengan Bu Lala; salah satu guru paling galak di SMA Ardatama.

Alby dan Adrian saling tatap, dan kemudian langsung merapikan penampilannya masing-masing. Memandang Bu Lala takut-takut.

Alby berdeham pelan, menggaruk rambut belakang. "Pagi, Bu." Disusul oleh Adrian. Setelahnya, mereka berdua langsung lari terbirit-birit masuk ke kelas. "Sialan, Nana, Nono!" Keduanya membatin kalimat yang sama.

Bu Lala di tempatnya pun kini paham apa yang terjadi. Dia sudah tidak merasa heran kenapa tadi si Alby dan Adrian datang kemari. Ya, kini pelan-pelan tubuhnya memutar. Sorot matanya tajam menyorot dua manusia tadi yang dia tahu kalau itu adalah Reina dan Reino. "Reina, Reino, berdiri kalian!"

Kedua orang yang namanya disebut itu berdecak kompak. Perlahan, mereka bangun dengan kompak setelah tadi bersembunyi di kolong meja. Helm masih terpasang di kepala keduanya dengan kaca yang tertutup.

Rei(na) & Rei(no) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang