Sedih bentar lagi tamat tapi vote dikit banget 🥲
63. Hari Itu Akhirnya Datang
Reino peluk Reina dari belakang. Si mungil mematung dengan mata membulat tatap apa yang sedang dilakukan Si bongsor dari cermin. Sikat gigi masih menyumpal mulutnya.
"Lo becanda, ya?!"
Reino malah pasang wajah memelas seperti anak anjing. "Maafin gue...."
Reina tidak becanda, tendangannya terarah pada milik Reino dengan cukup kencang. Lenguhan Si tinggi terdengar sangat menyakitkan. Penampilannya makin terlihat jelek dengan ekspresi wajah seperti itu. Baju lecek dan rambut acak-acakannya mendukung bagaimana cowok itu kelihatan seperti orang gila.
"Jaga jarak! Gue nggak pernah bolehin lo ngelakuin kontak fisik kayak gitu."
"Ta-tapi kita 'kan pacaran."
"Sial---"
Reino lebih dulu angkat tangan tanda menyerah dan meminta maaf. "Iya-iya, maaf."
"Lagipula gue nggak pernah ngebolehin lo masuk kamar mandi pas ada gue, ya, Anjing! Lo mau---"
"Na, gue udah janji sama lo." Ucapan Reino buat raut wajah Reina kelihatan tenang sedikit. "Lagipula gue nggak denger ada suara gemericik air, jadi gue tahu lo nggak lagi mandi."
Reina berdecak untuk selanjutnya membasuh mulut dari busa pasta gigi. Hanya diamkan Reino yang dirinya tahu memandanginya terus.
"Maaf. Gue nggak akan lagi bahas masalah gambar," kata Reino dengan suara dibuat memelas. "Jadi udahan, ya, diamin guenya? Katanya hari ini mau nge-date?" Reino sedikit menyesal karena hanya membahas masalah gambar, dirinya berakhir tidur di kamarnya sendiri. Reina ternyata benar marah.
Reina beri lirikan dan dapati bagaimana Reino pasang wajah seperti anak anjing. Terlalu manis untuk dirinya yang masih pura-pura marah. Padahal amarahnya tiba-tiba hilang lihat semenggemaskan apa pacarnya. "Mau ke mana?" Suaranya dibuat agar terdengar judes.
Senyum Reino lebar. "Katanya ke perpustakaan? Mau?"
Reina anggukan kepala antusias. "Mau. Gue mau ngerasain gimana rasanya pacaran kayak di drakor."
Senyum Reino tambah buat Reina senang. "Ayo siap-siap."
***
Antusiasnya Reina buat Reino senang. Tangannya terus ditarik untuk masuk ke perpustakaan yang dari rumah membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit. Mereka ke sini naik bus karena terlalu panas untuk naik motor.
Sejujurnya, Reino amat malas datang ke tempat penuh buku ini. Sama sekali bukan dirinya. Namun, kalau Reina mau, dirinya bisa apa? Reino terlalu cinta sampai tidak bisa menolak.
Sebelum masuk, mereka mendaftar sebagai anggota terlebih dahulu. Kemudian duduk di bangku yang masih kosong. Duduknya bersebelahan setelah tadi mengambil buku. Buku diambil secara acak, tidak banyak mengambil. Masing-masing hanya meminjam dua.
Reino perhatikan bagaimana Reina mengambil buku di paper bag milik cewek itu. Buku berwarna hijau muda menjadi cover dengan pasangan bergambar kartun.
"Gue mau baca buku ini."
Reino langsung bertanya, "Terus kenapa tadi minjam buku?"
"Biar kelihatan kayak orang rajin." Reina bersuara dengan berbisik. Reino tertawa pelan saja untuk selanjutnya mulai membuka buku pengetahuan tentang sejarah Indonesia.
"Na."
Reina tolehkan kepala dan tatap wajah pacarnya yang berekspresi seperti orang pusing. "Belum lima menit, kepala gue udah pusing."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rei(na) & Rei(no) [END]
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM BACA] [TIDAK PEDULI SEJELEK APA KARYA SAYA, SAYA TIDAK MENGIZINKAN PLAGIAT DALAM BENTUK APAPUN] Hanya keseharian dari Reina dan Reino. Anak yang sengaja dibuat di malam yang sama. Mereka bukan keluarga, apa lagi adik kakak. Akarnya a...