28. Hati Reino Panas
"Kak Raka."
Yang dipanggil menoleh, setelahnya senyum manis terpampang di wajah tampan yang kali ini tidak terdapat kaca mata. "Hai."
"Lama, ya?"
Raka menggeleng, "Nggak kok. Udah?" Reina mengangguk. "Ya udah, ayo masuk." Dibukakannya pintu mobil, membuat yang diperlakukan manis seperti ini menahan untuk tidak menjerit.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Kedua insan yang berada di mobil saling diam. Masih agak sedikit canggung pada proses PDKT pertama ini. Namun, sesekali akan saling melirik dan tahu kalau orang yang di samping juga sedang memperhatikan, keduanya sama-sama tertawa. Membuat keadaan tidak secanggung tadi.
"Hm..." Raka yang nampaknya akan buka suara itu membuat Reina menoleh. "Kamu serius?"
Alis Reina bertautan samar mendengar pertanyaan Raka yang entah menuju ke mana. "Serius apa, Kak?"
Walaupun terlihat malu, Raka kembali melanjutkan, "Serius kalo saya ngajak kamu jalan nggak ada yang marah?"
Serius, dada Reina berdebar. Cewek mungil itu berusaha merapatkan bibir agar tak menjerit. Merasa berhasil menahan diri, menjawab lah dengan suara imutnya lagi, "Iya, Kak, 'kan aku udah bilang kalo aku nggak punya pacar."
Raka mengangguk sambil tersenyum lebar walaupun netranya sibuk fokus ke depan.
"Jadi, kita mau ke mana, Kak?"
***
Reino sekarang duduk di atas ranjang setelah melihat Reina menghilang dari perumahan--- mengintip dari jendela kamar. Menghela napas entah kenapa.
Hati Reino terasa panas, merasa cemas dan kesal. Dan Reino tak paham kenapa dirinya mengalami hal ini.
Tak mau merasa kurang kerjaan karena mencemaskan Reina, tangannya merogoh ponsel di saku celana boxernya. Membuka aplikasi Mobile Legend agar pikirannya teralihkan.
Awalnya itu bekerja dengan baik. Tapi mengingat secantik apa Reina untuk menemui gebetan yang kata Reina akan menjadi pacar membuatnya tak bisa menahan rasa panas. Dilemparnya ponsel itu ke atas ranjang.
"Kenapa lo perlu dandan cantik banget sih buat ketemu tuh cowok?"
Tak cukup merasa kesal karena bayangan Reina yang sangat cantik tadi muncul, bayangan lainnya muncul. Membuatnya merasa kesal setengah mati.
---
Reino yang tadinya akan mengerjai Reina; masuk ke kamar untuk buang angin lalu keluar terbirit-birit (kebiasaannya) berhenti di depan pintu yang sedikit terbuka ketika pendengarannya terisi oleh suara Reina yang tengah mengobrol dengan seseorang di telepon."Hallo?"
Reino mendengar suara hentakkan kaki dari dalam diiringi suara mulut yang dibekap namun masih mengeluarkan suara. Sepertinya Reina sedang salah tingkah.
"Hallo?" Terdengar suara sapaan seorang cowok yang membuat kening Reino mengerut tidak suka.
"Hm... iya, hallo?"
"Mau nanya-nanya atau mau chattingan sama saya?"
Terdengar suara Reina tertawa dengan suara yang dibuat agar terdengar halus.
"Dua-duanya nggak papa buat saya."
"Kakak tahu aku siapa? Aku 'kan belum ngena---"
"Reina, 'kan? Cewek cantik yang waktu itu ketemu di supermarket dan nggak sengaja tabrakan di lorong sekolah kamu."
"Hehe. Nggak ganggu, Kak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rei(na) & Rei(no) [END]
Ficção Adolescente[FOLLOW SEBELUM BACA] [TIDAK PEDULI SEJELEK APA KARYA SAYA, SAYA TIDAK MENGIZINKAN PLAGIAT DALAM BENTUK APAPUN] Hanya keseharian dari Reina dan Reino. Anak yang sengaja dibuat di malam yang sama. Mereka bukan keluarga, apa lagi adik kakak. Akarnya a...