15 | Sesuatu Di Luar Batas

276 46 11
                                    

15. Sesuatu Di Luar Batas

"Nggak mau makan katanya." Sambil mengunyah makanannya, Reino menjawab pertanyaan Ira. Wajahnya tidak bersemangat.

"Kenapa?" tanya Ira lagi.

Belum juga Reino menjawab, Nita sudah menghela napas. Dia melepaskan celemek, dan berlenggang menuju kamar Reina.

"Tuh anak marah?" Alby bertanya pada Reino.

"Kenapa?" Belum juga Reino menjawab, Adrian langsung bertanya lagi.

"Pasti karena pulang naik bus lagi." Arabella menyahut.

"Dasar manja." Anindira ikut-ikutan.

"Nggak!" Teriakan Reina dari kamar terdengar jelas. Membuat semua anggota keluarga menoleh kompak.

Reina menatap sang mama kesal. Sekarang posisinya dia sedang berdiri berhadapan di depan pintu dengan mamanya. "Udah aku bilang aku nggak lapar."

"Jangan sok-sokan! Nanti sakit Mama yang repot!"

"Nggak makan semalam doang nggak bakalan bikin aku sakit."

"Oh, berani ngejawab kamu?" tanya Nita, "mau makan di sini atau mau makan di luar tapi jangan pernah balik lagi?"

Reina menghentakkan kaki kesal. "Iya-iya!" jawabnya. Dia menutup pintu dan berjalan terlebih dahulu menuruni anak tangga. Sesampainya di meja makan, dia langsung jadi pusat perhatian anggota keluarga. Terutama para kakaknya yang sudah menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.

"Marah terus. Kayak bocah tahu nggak. Ingat, lo tuh udah kelas dua."

Reina balas menatap sengit Alby. "Bisa diam, nggak?!" bentaknya. Membuat Arabella dan Anindira langsung mendesis melihat sikap adiknya yang sok keras.

"Kamu marah kenapa?"

Reina menoleh ke arah Farhan kala papanya itu bertanya dengan sangat halus padanya. Tetapi dengan sengaja tak dia balas. Dia hanya kembali fokus pada piring. Ingin cepat-cepat menyelesaikan makannya lalu kembali ke kamar.

"Marah karena pulang naik bus?" Kini yang bertanya Ira.

Sejujurnya, kini Reina tambah merasa kesal. Dari banyaknya anggota keluarga, kenapa tidak ada satupun yang paham alasan kenapa dia marah? Itu setahunya saja. Padahal ada Reino dan Davian yang paham.

"Lagian kamu kenapa sering nyuruh Nana pulang naik bus sih, No?" Farhan bertanya pada Reino.

"Ya pasti karena dia pulang sama pacarnya, Pa." Adrian mengompori.

"Masih pacaran tuh, Pa. Dia mana nurut dibilangin tanpa digebukin." Alby ikut campur.

Reino mendesis menatap kedua kakaknya. Setelahnya, fokus pada sang papa. Lantas dia menjawab, "Bukan aku kok yang minta. Dia yang nyuruh. Katanya mau naik bus, gitu."

Semua anggota keluarga lantas menatap Reina bergantian. Cewek itu hanya makan sambil nunduk. Ogah merespon mereka semua.

"Lah, terus kalo gitu kenapa Nana marah?" Ardan kini bertanya dengan suaranya yang halus. Mencoba membuat sang putri mau buka suara.

Semuanya diam beberapa saat. Tak ada yang bersuara sampai akhirnya Nita berucap, "Maafin Mama." Dan itu mengundang tatapan dari semua anggota keluarga. Kecuali Reina yang tetap diam walaupun merasa kaget. "Maafin Mama karena kemarin nyalahin kamu." Nita menaruh satu ayam ke piring Reina. Membuat ayam di piring tersebut ada dua.

Reina pelan-pelan mengangkat dagu. Menatap sang mama yang juga sedang menatapnya.

"Udah sekarang makan. Habisin. Terus sana makan makanan penutup di kulkas. Mama tadi sore beli ice cream kesukaan kamu." Setelahnya, Nita yang sedari tadi berdiri itu duduk di kursinya.

Rei(na) & Rei(no) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang