29 | Tidak Ada yang Boleh Menyakiti Reina

223 44 20
                                    

Nana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nana

Nono

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nono

29. Tidak Ada Yang Boleh Menyakiti Reina

"Nyetir yang bener, Anjing!" Reino mengumpati dua orang yang menurutnya gila. Sengaja membelak-belokkan stir di jalan yang lumayan ramai ini. Ngomong-ngomong, Reino tahu kalau kedua orang yang duduk di motor yang sama tadi itu lebih tua darinya. Tapi apa dia peduli? Tentu saja tidak.

Reino agaknya tidak takut mati kalau sudah mendengar Reina tersakiti. Contohnya seperti sekarang, cowok itu mengendarai Nunu hampir dengan kecepatan penuh. Sangat kencang, tidak peduli pada jalan yang penuh akan kendaraan lainnya. Seolah mengklaim kalau jalan ini adalah miliknya.

Saking kencangnya, Nunu yang sudah sempat direm ketika tahu di depan ada kemacetan yang melanda pun tetap tak benar-benar berhenti. Dan itu memaksa Reino membelokkan stir di mana pepohonan dan rerumputan berada. Reino jatuh dari motor.

Di situ sempat ribut. Asalnya selain dari suara klakson kendaraan lain, para orang yang tahu Reino jatuh itu pada sibuk menjerit dan beberapanya yang bisa, mendekati Reino untuk membantu.

Reino menjulurkan tangan untuk mengambil ponsel yang layarnya retak. Ponsel yang menyala itu menunjukkan wallpaper foto Reina dan itu semakin membuatnya ingin cepat-cepat menemui cewek itu. Kemudian bangkit dibantu tiga bapak-bapak. Tubuhnya rasanya terasa mati rasa beberapa saat. Tapi bukan itu yang penting. Dia harus ke tempat Reina. Sekarang juga.

Reino hanya mengangguki pertanyaan dari beberapa orang yang menanyakan apa dia baik-baik saja. Langsung mendirikan Nunu dengan tangan gemetar.

"Ayo ke rumah sakit."

"Nggak usah, Pak. Saya baik-baik aja."

"Mau ke mana? Ayo diantar aja."

Reino langsung menggelengi pertanyaan bapak-bapak berkumis lebat, satu-satunya orang yang paling cemas. "Nggak, Pak. Saya baik-baik aja. Makasih semuanya." Setelahnya, dengan tangan yang gemetar Reino menaiki Nunu. Menyalakan mesin dan menyetirnya walau sempat hampir jatuh kembali. Untungnya, setelah itu macet menghilang. Seakan Allah masih mau membantunya walaupun tadi dia sudah mengumpat pada orang yang lebih tua.

Rei(na) & Rei(no) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang