Duduknya sambil melamun di halte. Pertimbangkan diri haruskah pergi ke toko sepatu di sebelah kanan yang sedari tadi dilirik. Sepatu hitamnya mengetuk-ngetuk tanah sebab keraguan yang dirasa. Jam di ponsel yang ada di tangan dilihat untuk pastikan kalau dirinya pergi ke toko sepatu, maka tidak akan telat.
Sebenarnya dirinya sangat ingin pergi. Namun, apakah ini tidak papa? Apakah dirinya akan diterima sebab datang tanpa diundang. Lalu, jika dirinya pergi maka artinya dirinya memang berniat kalau akan memulai semuanya lagi dan takkan bisa menghindari hal tersebut. Termasuk bertemu dia yang dirinya sama sekali tidak tahu nanti harus bersikap bagaimana.
Saat bus datang, tubuh itu cepat berdiri dan kakinya bergerak untuk naik, sebelum akhirnya mulutnya terasa bekerja sendiri, "Nggak jadi, Pak." Berakhir dirinya ditinggalkan oleh bus dan tatap toko sepatu yang sepi.
Mau mengelak bagaimana juga, perasaan rindu tentulah ada. Hidupnya terasa berubah hampir 100% jika disebutkan. Termasuk saat ini, tidak pernah sama sekali sebelumnya dirinya berbelanja sendiri. Rasanya benar-benar asing.
Salah satu sepatu sneakers berwarna putih dipilihnya setelah menghabiskan waktu dua puluh menit sebab dirinya lupa berapa ukuran sepatu orang yang akan diberi hadiah. Kemudian dibawa ke kasir masih dengan perasaan ragu.
"Udah ini aja?"
Kepala dengan poni itu mengangguk kecil. "Boleh sekalian dibungkus? Buat hadiah ulang tahun."
Sang kasir mengangguk ramah. "Boleh, Kak. Tunggu, ya."
Kemudian, bayangan bagaimana respon dia tiba-tiba muncul. Rasa takut tiba-tiba menjalar sebab dari bayangan tadi, dirinya ditolak karena rasa benci. Dibenci karena dirinya meninggalkan. Tangan kecil itu lalu refleks pegang tangan Sang kasir, "Maaf, tapi apa boleh kalo nggak jadi?"
Dirinya terlalu takut tidak diterima. Takut dibenci sebab meninggalkan. Benar, Reina sangat takut akan hal itu.
***
Reina berakhir merenung di dalam bus. Kepalanya bersandar ke kaca sambil tatap kosong jalanan. Wajah yang datar itu tidak tunjukkan perasaan. Karena pada nyatanya, pikirannya saat ini benar-benar semrawut.
Kalau benar ada pesta, maka itu akan dilaksanakan hari ini. Dari pengalaman-pengalaman dahulu, yang Reina ketahui kalau Navia selalu membuat pesta ulang tahun di malam hari.
Reina sangat ingin datang. Namun, rasanya dirinya akan sangat terkesan tidak tahu diri karena sebelumnya meninggalkan semuanya dengan egois. Reina tidak bisa bayangkan akan bagaimana marahnya para sahabatnya ketika dirinya tiba-tiba muncul di pesta nanti. Terlebih lagi Reino, dari semua orang, Reina paling takut untuk bertemu cowok itu.
Reina tentu merasa bersalah. Namun, kali ini Reina hanya ingin menjadi pihak yang mengalah. Kedua mama sudah sangat sering mengalah untuknya, tentu kebaikan kedua mama sudah tidak bisa dihitung lagi. Maka, biarlah Reina mengalah jika kedua mama bahagia dengan keputusan itu walaupun karena keputusan tersebut, Reina harus menjalani hari-hari yang terasa penuh duri.
Tidak, Reina takkan mengatai kedua mama egois. Egois sebab egonya masing-masing, kedua mama buat semuanya sedih. Reina hanya merasa bahagia sebab mama bahagia. Dan saking bahagianya, Reina sampai menangis sebab lihat Mama Nita bisa jalani hari-harinya dengan senyuman seolah tidak ada yang terjadi. Walaupun kalau boleh jujur, tangisan bahagia tadi tidak murni karena dirinya bahagia. Reina menangis dalam diam di kamar karena merindukan keluarganya yang dia tinggal.
Reina mencoba menjadi orang yang pengertian lagi untuk kedua mama setelah dengar apa alasan kedua mama pilih berpisah. Reina diceritakan jika memang akhir-akhir itu, hubungan kedua mama sudah tidak baik. Dan puncak masalahnya adalah ketika Mama Ira begitu marah karena Mama Nita lebih memilih menyelamatkan anak kecil ketika keduanya sedang berdiri di trotoar jalan hendak menyeberang. Mobil yang melaju kencang itu hampir menabrak, dan di fakta bahwa Mama Nita sengaja pilih selamatkan anak kecil dengan dorong tubuhnya buat Mama Ira sangat sakit hati. Mama Nita jelaskan itu sendiri saat Mama Ira meminta penjelasan. Katanya, rasa benci itu yang buat Mama Nita lakukan hal tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rei(na) & Rei(no) [END]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] [TIDAK PEDULI SEJELEK APA KARYA SAYA, SAYA TIDAK MENGIZINKAN PLAGIAT DALAM BENTUK APAPUN] Hanya keseharian dari Reina dan Reino. Anak yang sengaja dibuat di malam yang sama. Mereka bukan keluarga, apa lagi adik kakak. Akarnya a...