Warning: Di chapter kali ini ada scene sedikit nyeremin. Buat kalian yang nggak bisa baca, bagian belakangnya nggak usah dibaca.
Ngomong-ngomong, vote-nya makin dikit. Ini pembaca aktifku yang berubah jadi silent reader atau emang pada belum baca, ya? Atau mereka pergi karena ceritaku bosenin, ya? Apapun itu, aku setidaknya udah minta apresiasi kalian untuk setidaknya vote tiap chapter. Karena jujur, kalo ngelihat vote dan komen nggak serame biasanya walaupun ceritaku emang nggak rame, aku sedih:"
38. Kejadian Tak Menyenangkan
Bersenang-senang di Dunia Fantasi sudah selesai, dan sekarang saatnya pulang. Tadinya sih akan begitu, tapi, saat hendak kembali ke tempat di mana Raja dan teman-teman yang lainnya menunggu, Reina dan Reino dihentikan oleh sepasang kekasih.
"Maaf, boleh minta fotoin?"
Reina mengangguk ramah, "Boleh. Tapi yang motoin dia, soalnya hasil fotonya bagus."
Cewek yang sepertinya lebih tua beberapa tahun dari Reina dan Reino mengangguk paham. Diberikannya ponsel kepada Reino. Mengatur posisi dengan sang pacar agar berdiri berdampingan yang di belakangnya tempat di mana Bianglala berada.
"Siap, ya. Satu, dua, tiga."
Beberapa foto diambil dengan apik oleh Reino. Bahkan sepasang kekasih di sana saja tersenyum lebar melihat sebagus apa hasil fotonya. "Makasih." Keduanya mengucap terima kasih bergantian. Diangguki oleh Reino dengan ramah. "Kalian mau gantian difotoin?"
Reina menggeleng, menolak dengan sopan. "Nggak usah."
"Hei, rugi ke sini bareng pacar tapi nggak foto. Udah ayo, biar aku fotoin."
Reina bahkan tak kaget lagi saat cewek cantik di depannya mengira dirinya dengan Reino sepasang kekasih. Sudah terlalu terbiasa. Mulutnya sudah membuka hendak kembali menolak, tapi Reino sudah mengatakan, "Oke. Ini. Makasih." Diberikannya ponsel kepada cewek berambut panjang tersebut.
Bisa dibilang mau tidak mau sih Reina berpose dengan tangan Reino yang merangkul bahu. Dan sekarang cowok itu memaksanya untuk memakai gaya membentuk love dengan cara melengkungkan tangan ke atas. Kalau bersama pacar sih tidak papa. Lah ini Reino. Reino si anak tengil. Beruntung untuk Reino karena Reina kali ini bisa mengontrol emosinya mengingat Reino yang kesusahan karena ulahnya yang memaksa cowok itu untuk ikut.
Sepasang kekasih tadi sudah pergi. Sedangkan Reina sedang memandangi wajah Reino yang entah kenapa sungguh kelihatan bahagia melihat hasil foto tadi. Tidak sadar, kepalanya menggeleng pelan melihat tingkah cowok di samping. "Udah nggak pusing?"
Reino berhenti sejenak melihat foto di ponsel yang menurutnya orang di dalam layar sungguh terlihat serasi. Memandang Reina sambil mengangguk dua kali.
"Ya udah yuk ke tempat Raja sama temen-temen. Nanti keburu maghrib."
Reino mengangguk. Membiarkan Reina pergi duluan karena dirinya sedang sibuk mengganti wallpaper menggunakan salah satu foto yang barusan diambil. Walaupun agak bingung karena Reina terlihat sangat cantik di setiap foto. "Oke. Pakai yang ini dulu. Besok ganti yang lainnya."
"No."
Kepala Reino menegak. Mengangguk kuat melihat cewek mungil yang sudah berjarak dengannya memberi kode agar cepat ke sana. Ponsel disimpan di kantong celana dan berlari kecil untuk menyusul Reina yang sudah melanjutkan langkah. Ragu-ragu menggenggam tangan Reina. Katakan Reino cukup berani, kenyataannya memang begitu. Saat jatuh cinta, Reino itu akan berbeda dari biasanya. Mirip bayi ketika berada di dekat orang yang disuka. Yang mungkin orang-orang yang sudah dekat dengannya akan mengetahui hal itu dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rei(na) & Rei(no) [END]
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM BACA] [TIDAK PEDULI SEJELEK APA KARYA SAYA, SAYA TIDAK MENGIZINKAN PLAGIAT DALAM BENTUK APAPUN] Hanya keseharian dari Reina dan Reino. Anak yang sengaja dibuat di malam yang sama. Mereka bukan keluarga, apa lagi adik kakak. Akarnya a...