57 | Reino Diajak Pacaran

114 21 17
                                    

Nana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nana

Nono

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nono

Aku kasih selingan foto biar kalian bacanya lebih nge-feel^^

57. Reino Diajak Pacaran

Reina sebenarnya tadi sudah mengatakan untuk diantar pulang saja, memberi alasan kalau dirinya ada janji dengan sahabat. Hanya bualan, Reina hanya tidak sedang mau keluar hari ini. Tidak dalam sedang suasana hati yang baik. Namun, tidak tahu mengapa Rafli benar-benar menyuruhnya untuk menggagalkan janji tersebut. Jadi berakhirlah Reina terduduk canggung di kursi kafe paling pojok.

"Gue ke toilet dulu, ya?"

Anggukan Rafli sebenarnya terlalu berlebihan. Kuat sekali dengan senyum begitu lebar. Reina tidak terlalu memikirkan, toilet segera ditemuinya sebab ingin buang air kecil.

Bodi Reina itu tidaklah sebagus itu. Tidak bisa dikatakan montok sebab badannya kecil. Namun, tidak tahu mengapa cowok-cowok dengan otak kotor selalu mengincarnya.

Arti senyum lebar Rafli tadi adalah sebab cowok itu bahagia karena bisa melancarkan aksinya. Mata melirik kanan-kiri dan tahu keadaan aman, bubuk obat terlarang dimasukkan ke dalam gelas milik Reina. Plastik kecilnya segera dikantungi lagi dengan buru-buru, memasang wajah tenang setelahnya. Seolah tidak sehabis melakukan apa-apa.

Kafenya lumayan sepi, ditambah juga ada sekat di setiap meja. Rafli amat bersyukur karena itu, atau kalau tidak maka dirinya akan jadi pusat perhatian orang-orang.

"Hai."

Bahu Rafli jadi tegang ketika suara Reina menyapa pendengaran, tapi coba dilemaskan lagi dan mengatur raut wajah sesantai mungkin. "Udah?"

Senyum tipisnya nampak lebih dulu, lalu baru disusul anggukan. "Mau pulang? Gue capek."

"Boleh." Saat Reina sedang menggendong tas, belah bibirnya kembali terbuka, "tapi minumannya habisin dulu. Sayang loh."

Senyum lugu itu sungguh buat Rafli ingin tertawa keras. Gerakan yang terasa pelan itu buat Rafli menggerutu dalam hati. Gemas sekali dengan tangan kecil Reina yang rasanya terlalu lamban untuk menggenggam gelas. Rasanya ingin dia ambil alih agar cewek di depannya meneguk dengan cepat.

Rei(na) & Rei(no) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang