59 | Perayaan Hari Jadian

105 16 5
                                    

Spesial malam tahun baru👀
Btw, happy new year semuanyaaa💓

59. Perayaan Hari Jadian

Ceritanya sesingkat itu. Reina dan Reino keasikan nonton televisi selepas sarapan sebab hujan turun deras. Niatnya cuma menunggu sampai hujan setidaknya reda sedikit, tapi sayang sekali tayangan kartun lama yang mereka tahu baru-baru ini muncul lagi di tv buat mereka lupa diri.

Mama Nita dan Mama Ira masuk ke dalam rumah setelah menaruh payung di keranjang depan pintu utama. Mulutnya sampai kompak terbuka lebar ketika dapati dua anaknya sedang cengengesan tidak tahu waktu.

"Nana, Nono! Belum berangkat juga?!"

Bentakan itu sampai membuat kepala Reino yang berada di paha Reina dengan pembatas bantal sofa terangkat sebab dorongan begitu kuat. Hampir menghantam meja jika saja Reino tidak bisa mengontrol diri. Reino tatap tidak suka Reina karena cewek itu bukannya mencemaskannya setelah apa yang diperbuat, tapi malah kelihatan cemas sebab takut dikira sedang apa.

"Ini udah jam berapa? Hujannya juga udah reda!" Gantian Mama Ira yang bersuara.

Benar, Reino setidaknya harus bersyukur saja, ya? Pacaran dengan Reina itu sudah nikmat dunia sebab itu impiannya. Sudah tidak perlu repot-repot protes jika tidak mau diputuskan. Terima saja perkataan pacarnya untuk tidak memberi tahu orang-orang kalau keduanya pacaran. Artinya, melakukan kontak fisik seperti orang pacaran pun tidak. Kesal sebenarnya, hal-hal biasanya seperti gunakan paha sebagai bantal, memeluk ketika tidur, suap-suapan, dan banyak lagi yang lainnya tidak bisa dilakukan ketika ada orang lain. Reina terlalu takut ketahuan, padahal ketika belum ada ikatan pun keduanya biasa melakukan hal-hal tersebut di depan orang lain.

Kembali dengan apa yang sedang terjadi sekarang, Reina melotot melihat jam di dinding tepat di atas televisi. Buru-buru ambil tas di lantai dan pegang tangan kanan kedua mama satu per satu untuk dicium. Pakai sepatu secepat yang dibisa dan pergi ke garasi.

Sebenarnya saat tadi mata melihat angka tujuh lebih sembilan belas di jam saja Reina tahu mereka sudah telat. Dan sekarang kenapa Nunu tidak mau menyala? Kenapa seperti ini? Reina semakin panik saja sebab kedua mamanya juga tidak berhenti mengomel sedari tadi.

"Makanya asik nonton aja! Mama udah bilang sebelum pergi ngelayat, kalo hujan udah reda cepat berangkat. Kalo nggak reda-reda, ambil payung dan tunggu di depan komplek naik bus. Sekarang gimana? Mau nyalahin siapa kalian kalo udah gini?" Mama Nita belum usai dengan omelannya. Langsung disusul oleh Mama Ira sampai buat dua bocah SMA di sana sakit kepala. Katanya, "Lagian kenapa bisa motornya nggak mau nyala begini? Kalian apain kemarin?"

Reina pasang wajah bingung sebab diserang kalimat dari dua mamanya. Helaan napasnya keluar cukup keras. "Gimana, ya?" Tangan kanannya menoel-noel lengan Reino, memberi kode agar pacarnya mau berhenti berusaha membuat Nunu menyala. Sayang sekali Reino tidak juga paham, sibuk sekali seperti orang pintar seolah bisa menemukan apa yang salah hanya dengan tatap tajam Nunu. Itu malah seperti sedang mengancam Nunu agar mau bicara kenapa bisa tidak mau menyala.

Reina tarik paksa kerah baju Reino agar berdiri di sampingnya. Ringisan kecil Reino membalasnya. Reina cepat ganti untuk genggam tangan Reino sebelum akhirnya pilih bawa tubuh untuk berlari. Reino sempat terseok-seok sebab belum siap.

"Kita nggak tahu, Ma!" Itu adalah penjelasan terakhir dari dua anak SMA ini yang diwakilkan Reina. Cukup terima saja mereka ketika pulang nanti harus kena omel lagi. Namun, dapat tambahan dari dua papanya.

Kalau saja Reina tahu kalau sekarang Reino malah kesenangan karena tangannya digenggam, pasti toyoran sudah melayang ke kepala cowok itu. Reina kesal sekali pasti karena saat dirinya merasa cemas kalau kedua mamanya akan mengejar---walaupun itu tidak mungkin---tapi Reino malah menikmati ini. Beruntung bagi Reino karena pacarnya tidak menyadari, kalau sudah, pasti sudah kena tendang tulang keringnya sebab malah modus dengan genggam tangan mungil lebih erat.

Rei(na) & Rei(no) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang