'Skripsi'

2.8K 147 1
                                    

Hallo readers 👋🏼

Udah vote chapter sebelumnya?

Kalau belum vote dulu yuk ⭐⭐

Ada yang ikut kesal dengan sikap Agra di part sebelumnya?

Atau

Kesal dengan sikap Raina?

Kesal dengan sikap Thalia?

Comment di pertanyaan ya 💬

Happy Reading 😊

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Raina terbangun dengan sendirinya tanpa alarm yang biasa dipakai pukul 3 dini hari karena semalam ia tidak mengerjakan skripsinya sama sekali,Raina sampai bermimpi dihubungi oleh dosennya yang menanyakan kelanjutan skripsinya mungkin karena mimpi itu seperti sangat nyata iapun terbangun.

"Duh untung cuman mimpi,"ujar Raina seraya beranjak dari tempat tidurnya.

Tujuan pertamanya ialah kamar mandi Raina akan mencuci mukanya terlebih dahulu agar tidak ngantuk saat mengerjakan skripsinya nanti setelah itu ia pergi ke dapur untuk membuat teh hangat serta memotong dua buah apel yang ada dikulkas sebagai cemilannya.

Gadis itu sudah terbiasa berada didapur pada dini hari seperti ini sejak awal menyusun skripsinya,karena Raina selalu mengerjakannya hingga larut malam dan selesai setiap dini hari,kemudian menyimpan piring serta gelas bekas teh hangat dan buah yang telah menemaninya ke dapur.

Tetapi berbeda dengan saat ini ia baru akan mengambilnya karena semalam ia ketiduran dan besok ada jadwal bimbingan mau tak mau Raina harus mengerjakan skripsinya.

Setelah beres membuat teh hangat dan buahnya ia kembali ke kamar dan membuka laptopnya yang berada dimeja tempat belajarnya.

Diatas meja itu ada satu buah laptop yang ditempatkan diatas mesin pendinginnya serta sebuah mesin printer sudah terisi dengan hvs yang siap untuk diisi dengan goresan tinta membentuk ribuan kata nantinya.

Untungnya bab terakhir ini tinggal lanjutannya saja kemarin malam sebelum seminar Raina telah mengerjakan sekitar 60% nya siang nanti akan diperiksa oleh dosen pembimbingnya apakah harus direvisi atau lanjut sidang,sekarang kedua kalinya untuk perbaikan bab terakhir ini.

"Semoga ga ada perbaikan lagi setelah ini,"ujar Raina seraya meregangkan tangannya yang sangat pegal setelah bergelut lima jam lebih dengan keyboard didepannya ya walaupun banyak selingannya dengan memakan buah serta minum teh nya tetap saja terasa pegalnya.

Benda dengan jarum kecil berputar itu menunjukkan pukul 9 kurang sepuluh menit,Raina mengatur laptopnya untuk mengeprint dokumen skripsinya.

Setelah itu ia meninggalkan meja belajarnya,membawa gelas beserta piring bekas apelnya ke dapur.

"Udah bangun Rain,"ujar Mamanya yang sedang masak.

"Ga tidur ma abis ngerjain bab terakhir,"ujar Raina seraya mencuci piring dan gelasnya

"Jangan terlalu dipaksain gitu nanti malah sakit."

"Semalam tidur bentar pas jam 3 kebangun karena mimpi sih ma,"ujar Raina sambil tersenyum ke arah Mamanya.

"Mimpi apa sampe kebangun gitu?"

"Di mimpi itu Rain dimarahin sama dosen pembimbing Rain karena belum memperbaiki bab terakhirnya,"ujar Raina.

"Tapi tidurnya cukup kan?"

"Cukup ko Mah kemarin Rain tidur jam delapan lebih,"jawab Raina.

"Sukurlah,inget ya Rain tetap utamain kesehatan,istirahat yang cukup,jaga pola makan supaya kuat menghadapi ujian yang menyambut masa depan yang lebih baik,impian kamu,"ujar Tiara menasehati anaknya.

"Iya siap Mah,"ujar Raina memeluk Tiara yang masih memasak.

"Udah sana mandi bau,"ujar Tiara melepaskan pelukan Raina.

Raina yang mendengar itu refleks membuka sedikit tangannya mencium keteknya memastikan kalu ia tidak bau seperti yang dikatakan Tiara barusan.

"Ngga Rain wangi gini,tangan Mama kali ya bau kan habis bersihin ikan,"ujar Raina tak terima disebut bau karena tau Mamanya sedang memasak ikan jadilah ikan itu yang disalahkan.

"Dih tangan Mama udah wangi gini,"ujar Tiara menyodorkan kedua tangannya tepat didepan hidung Raina setelah mematikan kompor.

"Ya ga usah deket banget ke hidung juga kali Mah."

"Hari ini ada jadwal bimbingan ga?"tanya Tiara.

"Ada Mah nanti jam 11,"ujar Raina yang tengah duduk dikursi meja makan mendahului orangtuanya mengambil piring serta mengisinya dengan nasi juga lauk pauknya.

"Kebiasaan,"ujar Tiara menepuk tangan Raina yang tengah mengambil tumis bayam kemudian meletakan piring yang berisi ikan baru matang tadi.

Raina memamerkan giginya dengan mata tertutup karena ia memiliki mata yang kecil kalau tersenyum pasti matanya tertutup.

"Ada apa ini pagi pagi udah ribut?"tanya Adi yang tiba tiba datang.

"Biasa Pah Raina,"jawab Tiara.

"Loh ko Raina,"ujar Raina.

"Terus siapa lagi Mamah?"tanya Adi pada Raina.

"Iya Pah Raina,"ujar Raina.

Merekapun sarapan bersama dengan ditemani makanan hasil masakan Tiara yang hampir memenuhi meja persegi panjang itu,walaupun hanya dipakai bertiga tetapi meja itu memiliki 8 kursi dua kursi diujung saling berhadapan dan enam kursi disamping juga saling berhadapan.

Setelah sarapan Raina kembali ke kamarnya bersiap pergi ke kampus untuk bimbingan.

"Mah doain Raina ya semoga ini revisi terakhir supaya bisa cepet sidang terus wisuda,"ujar Raina dengan mata berbinar binar.

"Iya Rain selalu Mama doain ko,gimana udah ada calon belum?"

"Ih Mamah nanyain calon mulu Raina pengen sukses dulu Mah,"ujar Raina.

"Pasti itu aja jawabannya kalau ditanya soal calon,Mama juga pengen gendong cucu kaya yang lain Rain,"ujar Tiara.

"Nanti ya Mah perjalanan Raina masih panjang,Raina berangkat yah,"pamit Raina seraya memeluk Mamanya.

Setelah selesai skripsinya diperiksa,dosen pembimbingnya menyebutkan.

"Persiapkan dirimu untuk sempro minggu depan Raina,"ujar lelaki paruh baya itu pada Raina.

"Saya lulus pak?"tanya Raina yang senang mendengar ucapan dosennya itu.

"Belum masih ada sidang skripsi yang harus kamu hadapi,"ujar dospemnya.

Raina mengangguk dengan mata berbinar binar ia sangat bahagia telah melewati masa sulit skripsinya.

"Terimakasih pak saya senang bisa dibimbing sama Pak Arnold,"ujar Raina seraya memegang erat kedua tangannya sendiri.

"Selamat ya,"ujar dosen yang diketahui bernama Arnold tersebut mengulurkan tangannya pada Raina dan dengan senang hati Raina menerima uluran tangan itu mereka bersalaman.

"Tetap semangat ya,"sambung Pak Arnold.

"Siap Pak sekali lagi terimakasih Pak."

"Sudah sana keluar saya masih harus periksa skripsi teman kamu yang lain,"ujar Pak Arnold seraya tersenyum pada Raina.

"Terimakasih Pak,"ujar Raina setelah membereskan berkas skripsinya.

"Saya tunggu undangan pernikahannya,"ujar Arnold dengan nada bicara santai pada Raina.

"Calonnya aja belum ada Pak,"ujar Raina seraya tersenyum menanggapi perkataan dosennya itu.

"Permisi pak,"ujar Raina diambang pintu.

Rainapun keluar dari ruangan Pak Arnold kemudian mengirim pesan pada Thalia dan Sabrina melalui grup chat mereka bertiga.

AGRAIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang