15. MAAF

168 56 57
                                    

Butuh waktu banyak untuk memaafkan seseorang yang sudah menabur luka begitu banyak di diri saya.

-Jeniver Alexsandra.

***
Selamat membaca semuanya...
***

"Maafkan anak saya ya Pak" ucap Papah Jeniver kepada Pak Ahmad. Jeniver diam dan menatap Guru itu dengan tatapan tajam. "Saya akan bayar biaya rumah sakit Bapak"

"Gak usah! Ngapain bayar biaya dia! Dia gak pantas buat di kasihanin" komentar Jeniver, Jeniver masih emosi. Mama nya berusaha untuk menenangkan Jeniver. "Emang kalian semua gak liat apa? Muka saya? Saya juga kena pukul Guru ini!!"

"Jeniver tahan emosi kamu" cegah Kepala Sekolah kepada Jeniver.

"Karena kamu pertama yang pukul saya" bentak Pak Ahmad.

"Ngomong apa Anda? Saya duluan? Anda duluan! Coba aja kalau anda gak sering ikut campur sama urusan saya, saya gak akan pukul anda!!" Jeniver menarik baju Pak Ahmad dan Semua Guru langsung menahan Jeniver.

"Jeniver udah" bujuk Bu Azizah, guru yang paling baik menurut Jeniver. "Tahan emosi kamu ya"

"Jeniver gak salah Bu, Guru ini yang pertama pukul saya" ucap Jeniver dengan nada Sopan. Mama nya langsung diam ketika Jeniver di tenangkan oleh Bu Azizah dan dirinya hanya bisa menatap Jeniver dari Jauh.

"Iya, Ibu tau kamu anak Baik-baik. Tapi kamu harus Tahan emosi kamu ya" ujar Bu Azizah kepada Jeniver.

"Saya minta maaf sekali lagi ya atas perbuatan anak saya Jeniver. Mohon di maafkan dan masalah Jeniver di Scors saya terima" ucap Papah nya.

"Saya pamit dulu ya, maaf sekali lagi" pamit Papahnya kepada Pak Ahmad dan semua Guru yang berdiri di hadapannya.

"Sekali lagi lo Jelekin teman-teman gue. Habis lo di tangan gue" tegas Jeniver dan berjalan ke luar ruangan ini.

Jeniver keluar dari ruangan Kepala Sekolah dengan Kedua Orangtuanya. Jeniver berjalan di samping Mamanya dan Papah Jeniver hanya menatap wajah Jeniver yang memar. Ada tatapan khawatir kepada Jeniver. Jeniver yang sedang menatap ke depan tidak sengaja menatap Papahnya, Jeniver sangat rindu di mana dirinya sering di beri Perhatian oleh Papahnya. Jeniver berhenti berjalan ketika Papahnya sudah memeluk tubuh Jeniver erat. Ini momen yang ingin Jeniver rasakan, Dimana Papahnya memeluk Jeniver tulus.

"Maafin Papah Jeniver, Papah salah harusnya Papah sering perhatian sama kamu dan gak terlalu sibuk sama pekerjaan Papah. Papah mau perbaiki semuanya Jeniver" ucap Papah Jeniver. Rasanya Jeniver ingin sekali menangis di pelukan Papahnya. Tapi dengan sekuat tenaga Jeniver menahan Air matanya agar tidak luruh. "Apa ada waktu buat Papah buat perbaiki semua ini? Tolong Jeniver, Papah ingin perbaiki semuanya"

"Mama minta maaf sama kamu. Harusnya Mama Peduliin kamu, dan tugas Ibu seharusnya menjadi tempat keluh kesah anaknya. Mama yang salah, Mama yang terlalu sibuk sama pekerjaan Mama sampai Mama lupa bahwa Mama itu masih punya Kamu" ucap Mama Jeniver. Dengan mengelus rambut Jeniver.

"Papah gak akan larang kamu main sama teman-teman kamu lagi, Papah janji Jeniver. Papah akan menjadi Papah yang baik buat kamu dan bisa melindungi kamu" Jeniver diam. Banyaj sekali pertanyaan yang di benak nya, Jeniver tidak mungkin memaafkannya Begitu saja.

"Saya butuh waktu, " Kata Jeniver dengan melerai pelukan Papahnya itu. "Gak semudah itu untuk memaafkan kalian, Banyak luka yang kalian simpan di diri Jeniver ini. bukan hanya Satu namun beribu-ribu luka yang kalian berikan kepada saya"

"Papah dan Mama akan tunggu keputusan kamu. Papah dan Mama tidak akan memaksa kehendak kamu" jawab Mama Jeniver.

Jeniver berjalan meninggalkan Papah dan Mamanya yang masih diam berdiri di hadapannya. Jeniver butuh seseorang yang bisa memberikan petunjuk kepadanya.

JENIVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang