Happy reading...
***
"Jef" ucap Arthur mengetuk pintu kamar Jefri, sedari sore pun Jefri tak turun ke bawah untuk makan, jangankan untuk makan, untuk bergabung dengan teman-teman nya pun tidak. "Gue boleh masuk?"
"Masuk aja, pintu nya gak di kunci" sahut Jefri dari dalam.
Arthur menggangguk dan masuk ke dalam kamar Jefri, Arthur melihat Jefri yang sedang duduk diatas balkon kamarnya, angin malam berhembusan memasuki kamar Jefri, Kamar Jefri cukup berantakan dan banyak buku-buku dan baju-baju yang tergeletak di mana saja.
"Makan dulu sana, lo dari sore belum makan kan? Makan dulu" ucap Arthur dengan duduk di samping Jefri dan melihat laki-laki di samping nya ini sedang memegang kalung yang di tangannya.
"Kalung siapa?" tanya Arthur, penasaran. "Punya lo? Atau punya Jeniver?"
"Udahlah Jef, lupain aja Jeniver. Dia udah suruh lo pergi dari kehidupan dia kan? Udahlah lo pergi aja, jangan ganggu Jeniver lagi. Tuntas kan? " ucap Arthur seenaknya.
"Menurut lo itu emang hal yang paling gampang, tapi menurut gue itu adalah hal yang paling sulit bagi gue, gue gak bisa tinggalin Jeniver dalam keadaan Jeniver yang sekarang " ucap Jefri pada Arthur.
"Yaudah kalau gitu makan dulu sana, gak usah mikirin cinta-cintaan lah, pusing gue liat lo yang sekarang " ucap Arthur menepuk punggung Jefri.
"Nanti aja makan nya, masih kenyang" kata Jefri.
"Kenyang makan apa lo? Makan hati? Atau makan harapan? Atau makan angin?" tanya Arthur nyerocos.
"Tur" panggil Jefri menoleh ke samping menatap temannya ini. "Mending lo keluar dari kamar gue, dari pada nanti lo gue gebukin lo di sini"
"Bentaran ah, di sini enak. Segee, dingin. Banyak perawan yang lewat" celetuk Arthur, Jefri sama sekali tak tertawa menurut Jefri ini adalah lelucon yang tak masuk akal!
"Udah sana makan nanti keburu abis di makan sama si Ridho, udah tau punya temen kayak orang kelaparan masih aja suka nunda-nunda makan, gak kebagian makan baru tau rasa lo"
"TUR, GUE DENGER YA!" teriak Ridho dari bawah.
"Ebuset, telinga nya tajem bener bisa kedengeran dari atas sampe bawah" ujar Arthur terkejut mendengar suara Ridho. "Udah kayak telinga gajah aja si Ridho ini. "
"TUR! GUE DENGER!"
"IYA-IYA! SIALAN! GAK AKAN GUE NGOMONGIN LO LAGI!" teriak Arthur kencang.
"Goblog pisan!" sambung nya lagi.
(Banget)
"TUR"
"APALAGI ANJING! MAU RIBUT? AYO!"
"Bikin naik pitam aja!" gumam Arthur mengusap wajah nya dengan kasar.
"TUR"
"Astagfirullah haladzim, banyakin istigfar banyakin sholawat, supaya setan gak manggil-manggil lagi" gumam Arthur pelan.
Jefri tak mempedulikan teman-temannya itu, Jefri menatap kalung yang ada di tangannya, Jefri sangat merindukan Jeniver, sangat-sangat merindukan perempuan itu. Bagaimana bisa Jefri tidur dengan pikiran yang masih tertuju kepada Jeniver, Jefri ingin sekali menelepon Jeniver namun Jefri tak berani untuk itu, Jefri gengsi untuk menelepon Jeniver.
"Yaelah, di liatin terus tuh kalung, kalau kangen mah telepon aja lah, biasanya juga suka video call. Bucin sampe pagi biasanya juga" ucap Arthur menimpal.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENIVER
Teen Fiction[Selamat membaca cerita Jeniver Alexsandra] Jeniver Alexsandra, si ketua geng motor asal Jakarta, yang di julukki sebagai PEREMPUAN PALING BAHAYA DAN MISTERIUS!. Keseharian Jeniver yaitu berantem dengan siapapun yang mencari masalah dengan dirinya...