55. SEANDAINYA

72 14 0
                                    

Happy reading...

Dengarkan mulmed yang udah aku siapkan untuk kalian...

🎶; ERWIN GUTAWA — ANDAI AKU BISA.

***

"Makan ya" Jefri menyodorkan sesendok bubur ke hadapan Jeniver, namun Jeniver sama sekali tidak membuka mulut nya.

"Makan Jen, kalau lo gak makan nanti lo sakit lagi, ayo makan. "

Jeniver menggeleng, mulut nya tertutup rapat. Sejak pagi pun Jeniver tidak berbicara bahkan tidak ingin sarapan bersama Jefri, susah payah Jefri membujuk Jeniver namun hasil nya nihil, Jeniver sama sekali tidak ingin makan.

Jefri menghela nafas nya dengan kasar dan menyimpan mangkuk yang berisi bubur ke nakas. Sepasang mata Jeniver langsung menatap Jefri, Jeniver semakin tidak enak kepada Jefri. Laki-laki ini begitu baik kepada nya, setiap hari Jefri yang mengurus Jeniver dan hari ini Jeniver malah membuat Jefri kesal.

"Mau makan gak? Mau sampai kapan lo kayak gini? Mau sakit lagi?" tanya Jefri mulai kesal kepada Jeniver.

"Jangan kayak gini Jen, "

"Lo boleh sedih, tapi lo jangan sampai mogok makan, gue gak mau liat lo sakit lagi. Gue gak mau Jen"

"Please Jen, jangan kayak gini"

"Gue bisa sembuh kan Jef?" ucap Jeniver, lirih. "Gue gak lumpuh selamanya kan? Ini cuma sementara kan Jef?"

Air mata Jeniver langsung menetes begitu saja, Jefri menghapus air mata Jeniver dan langsung pindah duduk jadi duduk di brankar di samping Jeniver.

Jefri membantu Jeniver bangun, Jeniver langsung duduk di samping Jefri, air matanya terus menetes. Rasa sakit itu terus terasa di tubuh Jeniver dari mulai kaki nya dan perut nya, rasa sakit itu selalu Jeniver rasakan.

"Jangan nangis," Jefri menghapus air mata Jeniver dengan lembut. "Lo bakalan sembuh, percaya sama gue. Nanti lo ikut terapi ya, nanti gue yang temenin lo"

Jeniver mengangguk. Jefri benar-benar tulus kepada Jeniver. Buktinya, di saat Jeniver seperti ini Jefri terus ada di samping Jeniver tanpa pergi di kehidupan nya. Namun, Jeniver semakin kasihan jika nanti Jefri mempunyai kekasih seperti dirinya yang tidak sempurna yang seperti sekarang.

"Udah ya jangan nangis, lo mau makan?" tanya Jefri tangannya tetap berada di pipi Jeniver. "Makan ya, biar cepet sembuh. Udah makan baru minum obat"

Bibir Jeniver bergetar, air mata nya tak berhenti menetes. Laki-laki seperti Jefri berhak bahagia tapi bukan dengan dirinya.

Jefri mengambil mangkuk yang berisi bubur diatas nakas, dan mulai menyuapi Jeniver. Tak ada rasa ingin meninggalkan perempuan ini, Jefri benar-benar mencintai Jeniver. Dan tak akan pernah mempunyai niat sediki pun untuk meninggalkan perempuan ini. Tidak akan pernah!

"Nah gitu dong makan, biar cepat sembuh. Katanya mau pulang ke rumah. Jadi, harus makan udah makan baru minum obat." kata Jefri.

"Nanti gue temenin lo terapi ya, gue bakal ada di samping lo terus, bukan hari ini aja tapi selamanya"

"Gue gak akan pergi tinggalin lo, gak akan pernah. Gue bakal pergi kalau lo yang suruh gue pergi dari kehidupan lo"

"Kalau gue suruh lo pergi dari kehidupan gue, apa perasaan lo?" tanya Jeniver, kali ini Jefri langsung diam, hati nya begitu sakit mendengar pertanyaan yang Jeniver lontarkan.

JENIVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang