03| Pertemuan, Lagi

259 56 15
                                    

Seperti biasa, di pagi hari Chaeyeon sudah bangun pada pukul lima untuk menyiapkan segala macam seperti peralatan sekolah, bekal makan serta seragam si kembar. Menurut yang ia dengar dua hari lalu, hari ini adalah hari dimana kedua anaknya akan menghadiri pentas seni yang di adakan sekolah.

Rencananya setelah selesai operasi, Chaeyeon akan langsung pergi ke sekolah Jeno dan Minjeong untuk melihat mereka tampil nanti. Winwin juga bersedia untuk mengantarnya karena Eunseo sedang sibuk pemotretan majalah Dazed Minggu ini.

Sekarang sudah jam setengah tujuh. Pasti sebentar lagi dua Jung akan turun ke lantai bawah dan mereka sarapan bersama.

"Selamat pa-"

"Gak sempat Bun! Kita langsung berangkat aja."

Chaeyeon menghampiri anak-anaknya dan membenarkan dari kupu-kupu di kerah si sulung. "Emangnya kenapa?" Ia ikutan mendadak panik.

"Sekarang udah jam setengah tujuh Bun! Acaranya dimulai jam enam lewat empat lima."

Sekilas, ia lirik jam dinding. Memang butuh waktu sepuluh menit untuk sampai di Seoul Playground, namun tetap saja mereka harus sarapan terlebih dahulu.

"Tapi sarapannya.."

"Minjeong lapar kak!"

"Jeong!" Jeno tiba-tiba memekik. Membuat adiknya mundur beberapa langkah dan memeluk sang bunda.

"Kamu kenapa sih?!" Karena kalap, Chaeyeon ikutan kesal. Ia tatap anaknya dengan gemas sambil memegang lengan mungil putranya.

"Padahal mulainya jam setengah delapan lho Bun. Kakak malah mau cepat-cepat aja!" Protes Minjeong. Bocah ini langsung duduk di kursi meja makan, sementara Jeno menatap sinis pada adiknya dan Chaeyeon menghela nafas.

Pasti Jeno memang sengaja ingin menghindar darinya karena perihal kemarin malam. Maka dari itu gelagat si sulung hari ini berbeda.

"Makan dulu. Nanti kalau gak sarapan kamu masuk rumah sakit lagi kayak waktu itu." Begitu kata Chaeyeon, yang lantas ikut duduk berhadapan dengan Minjeong.

Mau tidak mau, Jeno ikut bergabung sarapan disana.

"Minjeong sarapan yang banyak ya. Bekal makannya juga dihabiskan."

"Iya Bun."

"Jeno-" belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Jeno sudah lebih dulu menyela.

"Iya Bun."

"Kakak gak boleh ketus gitu sama bunda."

"Kamu juga gak boleh menggurui kakak." Balas anak itu santai.

"Padahal kemarin waktu adek marah sama bunda, kakak yang selalu negur adek biar gak bersikap kayak gitu ke bunda."

"Ya kamu kan masih kecil. Kakak udah besar."

"Kita selisih lima menit doang kok."

"Minjeong!"

"Sssstt udah, Jen! Jangan ngomong aja. Makan nya jangan bersuara! Keep silent please."

Meja makan pun mendadak hening kembali, selain suara sendok dan garpu yang saling beradu di atas piring.

"Bunda gak makan?"

Sebenarnya pagi ini Chaeyeon hanya memasak nasi setengah liter saja untuk makan Jeno dan Minjeong serta bekal makan siang. Karena persediaan beras sudah habis dan ia belum sempat belanja lagi. Mungkin nanti sore kalau sempat ia minta antar Rosé—teman kuliahnya yang hingga sekarang masih bertukar sapa dengannya via Line.

"Bunda diet."

"Gak bohong kan Bun?"

Ia menggeleng sambil tersenyum. Ternyata meski marah pun, Jeno masih perhatian padanya. "Nanti aja pas makan siang sama dokter Yeri."

Mom's Struggle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang