44| Tinggal, Kenangan

121 42 6
                                    

Winwin dan Chaeyeon telah sampai dirumah sakit dan menuju ruangan dimana Jeno dirawat karena Eunwoo berkata tadi bahwa Jaehyun berada disana.

"Jung Chaeyeon!" Lelaki berkemeja biru dongker itu mendekati Chaeyeon yang sudah menangis sejak tahu Jeno kembali memasuki rumah sakit.

Ketika sebuah tangan hendak melayang dan terjatuh pada pipi sang wanita, Winwin dengan cepat menghalaunya dan memberikan tatapan tajam. "Kalau kau berani menyentuhnya barang se-inchi, aku akan membunuhmu Jung Jaehyun!"

Mau tidak mau lelaki itu menahan emosinya agar tak meluap begitu saja. "Dasar wanita gak bertanggung jawab! Kau bilang mampu menjaga si kembar, tapi ini yang terjadi?! Jeno sakit dan harus dirawat karena masalah ginjalnya. Kau seharusnya lebih fokus menjaga anak-anak dibanding bekerja!"

Chaeyeon masih terdiam menatap sendu putra sulungnya dari jendela yang menyatu dengan pintu. Ia terisak sampai dadanya seakan terhimpit sesuatu hingga terasa sesak yang teramat sakit.

"JUNG CHAEYEON! KAU DENGAR AKU GAK?"

"Kau boleh membawa mereka." Ucap Chaeyeon pada finalnya.

Sekarang ini, dirinya sedang dalam masa kehancuran. Pengadilan hanya memberinya waktu selama dua Minggu untuk Chaeyeon segera pergi ketempat kelahirannya. Kalau ia habiskan masa itu untuk bermain dengan si kembar, Chaeyeon hanya akan membuat kedua anaknya merasa sedih karena akan ditinggalkan.

Ia hanya ingin yang terbaik untuk Jeno dan Minjeong. Chaeyeon harap, kedua bocah itu pada akhirnya mau tinggal dengan sang ayah dan ibu tirinya.

"Kau gak bercanda kan?"

"Aku akan pergi. Benar-benar akan pergi, jadi anak-anak harus segera ku titipkan padamu."

"Jadi kau bersungguh-sungguh tentang percakapan kita waktu itu?"

"Iya. Dalam segala hal, aku gak akan pernah ingkar."

"Baiklah. Aku bersyukur akhirnya kau mau menyerahkan Jeno dan Minjeong padaku. Memang hanya Miyeon yang mampu menjaga anak-anak dengan baik."

Chaeyeon hanya tersenyum pedih. Sejujurnya ada rasa berat hati ingin melepaskan. Bersama-sama selama lima tahun bukanlah waktu yang sebentar. Ia belum siap meninggalkan kedua balita yang selalu menjadi penyemangat hidupnya saat ini.

"Kalau gitu mulai besok aku akan mengambil semua pakaian dan perlengkapan anak-anak."

"Hm ambil lah. Jangan menyisakan satu barang pun."

"Se-begitu inginnya kau pisah dari anak-anak?"

"Jae, apa menurutmu selama ini.. aku merasa terbebani karena kehadiran Jeno dan Minjeong?"

"Bukankah benar begitu? Buktinya kau gak pernah bersungguh-sungguh merawat mereka."

"Itu karena kau gak ada diposisi aku. Kau gak ngerasain bagaimana kesulitannya aku bekerja sambil mengurus si kembar disaat aku justru seharusnya berdiam diri dirumah."

"Masalah mu bukan lah urusanku! Salah kau juga terlalu sombong sampai gak mau menerima uang dariku. Padahal aku gak pernah menyuruhmu untuk mencari uang."

"Kau gak mengerti."

"Aku selalu mengerti tapi kau yang justru gak mau dimengerti! Apa susahnya sih menerima uang bulanan yang kuberikan untuk keperluan anak-anak?"

"Kau pikir hidupku cuma sebatas makan sehari-hari? Aku memerlukan lebih banyak uang untuk ku bawa pergi nanti!"

"Lihat kan? Kau hanya mementingkan dirimu sendiri! Anak-anak terlantar karena kau terlalu sibuk mencari uang untuk pergi dari Jeno dan Minjeong. Dimana akal sehatmu?"

Mom's Struggle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang