"Winwin-ah.." Chaeyeon tak henti-hentinya terisak ketika nada sambung terdengar dan terdapat sahutan dari seberang sana.
"Jangan menangis, Chaey. Sungguh, maafkan aku."
"Enggak. Kamu sama sekali gak bersalah! Ini karena aku yang terlalu bergantung padamu. Seharusnya aku tahu diri kalau kau memang sudah menjadi milik orang lain."
"Chaeyeon dengarkan aku," Winwin menjeda kalimat. "Kau tahu kan, dulu siapa yang sudah mewanti-wanti hal ini akan terjadi tapi aku justru menganggap semuanya terlalu enteng? Ingat siapa yang bersikap egois disaat kamu udah beberapa kali ngasih tahu aku agar kita gak terlalu dekat?"
Meski Winwin tak melihat sama sekali, Chaeyeon tetap mengangguk. "Hm."
"Aku yang bersalah, Chaey. Kamu udah berusaha untuk memberikan pengertian tapi aku gak juga bisa mengerti."
"Tapi kalau aja aku gak minta kamu untuk jemput anak-anak dan menemani mereka ketika aku sibuk bekerja, kau gak akan merasa terbebani. Berita-berita yang muncul saat ini gak akan pernah di up karena kau gak perlu bertemu denganku setiap hari."
"Dengar! Aku yang memilih hidup seperti ini. Membantumu bukanlah hal yang sulit. Janjiku pada Tuhan untuk selalu menjagamu udah terikat dan aku gak bisa mengingkarinya begitu aja, Chaey."
"Persetan dengan janji! Hidupmu bisa celaka kalau terus berurusan dengan ku, Winwin-ah."
"Lusa aku pulang. Kita bicara berdua diruanganmu atau kalau perlu dirumah mu. Bagaimana?"
"Kita bertemu di rumah sakit aja. Jangan lupa pakai masker dan kaca mata hitam agar paparazi gak menguntit lagi "
"Baiklah. Take care, Chaey. Jangan memikirkan apapun yang bisa membuat penyakitmu kambuh. Aku gak mau terjadi sesuatu disaat aku gak ada disana."
"Hm. Terima kasih kau selalu peduli padaku."
"Makan yang banyak! Terakhir kali berat badanmu hanya empat puluh lima kilo. Pas aku pulang nanti, kau harus timbang lagi supaya aku tahu kau makan dengan baik atau enggak."
"Iya. Kau juga jangan lupa makan, oke?"
"Ku tutup sekarang."
"Tunggu!"
"Kenapa?"
"Bagaimana dengan Eunseo?"
"Aku gak tahu dia udah liat berita itu atau belum. Sejauh ini sikapnya masih biasa aja."
"Tolong katakan yang sejujurnya pada Eunseo tentang kita, Win. Supaya dia gak berpikiran macam-macam dan terpengaruh berita hoax itu."
"Eoh." Winwin pun memutuskan sambungan teleponnya.
Sudah terhitung dua hari sejak berita buruk itu dirilis, Chaeyeon sama sekali tak mau keluar dari kamar. Bahkan kedua anaknya pun hanya bibi Choi yang mengurus. Untung saja beliau bisa diandalkan, jadi ia bisa memastikan bahwa Jeno dan Minjeong tidak akan kelaparan.
Ketika sekolah pun, supir utusan Eunwoo yang mengantarkannya. Lelaki itu tak keberatan Chaeyeon absen selama keadaannya membaik.
Namun tentu saja esok ia akan kembali menjalankan hidup dengan bersikap seakan baik-baik saja. Saking terlalu seringnya mendapat kesakitan, Chaeyeon merasa, ia telah bersahabat dengan luka. Seakan itu adalah konsumsinya sehari-hari.
Chaeyeon tak bisa terus bersembunyi. Pengecut bukanlah jati dirinya sama sekali. Ia sudah berjanji pada semua orang bahwa dirinya akan menjadi perempuan yang tangguh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mom's Struggle [END]
Fanfiction"Apakah ada secercah harapan untukku, Jeno dan Minjeong hidup bahagia?" Jaehyun ft. Chaeyeon