14| Mengabaikan dan diabaikan

113 37 3
                                    

"Kamu baik-baik aja Chae?"

Chaeyeon menunduk. Berusaha menahan air matanya didepan Miyeon. "Gimana aku bisa baik-baik aja kalau banyak yang aku pikirin belakangan ini." Gumamnya. Ia yakin wanita hamil itu tak akan bisa mendengarnya.

"Huh? Kamu bilang apa Chaey?"

Gelengan kepala ia berikan sebagai jawaban. Minjeong menggenggam lengan bundanya untuk menguatkan.

"Minjeong apa kabar?" Tanya Miyeon pada bocah itu.

"Jeong baik ma."

"Udah lama kita gak ketemu ya. Nanti kapan-kapan kamu main kerumah mama, oke?"

Minjeong menggeleng keras. "Kalau niat mama cuma untuk misahin aku sama bunda dan kak Jeno, aku gak mau."

"Minjeong!" Tegur Chaeyeon pelan. Dirinya terkejut si bungsu bisa berkata seberani itu pada ibu tirinya.

"Mama kenapa ganggu keluarga kami? Sebelum ada mama, keadaannya gak sekacau ini. Karena mama, bunda harus bekerja. Aku dan kak Jeno juga jadi gak ada yang ngawasin selain bibi Choi."

Chaeyeon menarik kecil lengan Minjeong agar anak ini berhenti mengatakan hal buruk lebih banyak lagi. Padahal ia tak pernah mengajarkan kata-kata menyakitkan pada Minjeong, entah anak itu belajar dari siapa. Sikapnya semakin berubah setelah mendengar vonis Dokter Cha yang mengatakan bahwa Jeno mengidap gejala infeksi ginjal.

Padahal Chaeyeon yakin, gadis kecilnya ini tak mengerti penyakit apa yang diderita kembarannya itu.

"Bunda marah kalau Minjeong bilang kayak gitu sama mama Miyeon!" Kecam Chaeyeon dengan suara rendah.

"Seharusnya bunda marah sama mama Miyeon. Bukannya tetap baik kayak gini. Bunda gak capek ngalah terus? Cukup omah Jessica yang bersikap semena-mena, Bun."

"Jung Minjeong!" Kali ini ia tak bisa memaklumi. Chaeyeon pikir perkataan Minjeong sudah sangat diluar batas.

Anak itu berlari keluar setelah melepaskan genggaman tangannya dengan Chaeyeon.

"Maafin Minjeong ya Yeon. Aku janji bakal lebih mendidik dia dengan baik," Chaeyeon menggenggam sebelah lengan Miyeon. "Tunggu sebentar, aku kejar Minjeong dulu."

Ia bangkit dan berjalan menuju pintu. Ketika hendak keluar, suara Miyeon tiba-tiba menginterupsi. "Jangan marahin Minjeong."

"Hm?"

"Dia gak salah. Semua yang dibilang sama Minjeong itu benar adanya Chaey. Jadi aku mohon jangan bentak dia."

Chaeyeon hanya diam karena sama sekali tidak setuju atas ucapan Miyeon barusan. Ia pun keluar untuk mencari Minjeong yang sudah lebih dulu pergi.

"MINJEONG??" Chaeyeon mengeraskan suaranya.

"Selamat siang dokter Jung."

"Oh, Yena-ya. Siang juga."

"Anda mencari siapa?"

"Minjeong. Kau lihat?"

"Minjeong?"

"Anakku."

"Aaah Jung Minjeong?" Yena menunjuk kearah ruangan khusus bermain pasien anak-anak. "Dia kesana dokter."

"Terima kasih," Chaeyeon menepuk bahu dokter gigi tersebut lalu berjalan lagi.

Memang rumah sakit disini sangat lengkap. Dan Minjeong dengan Jeno sudah beberapa kali datang kesini ketika bosan dirumah saat tablet dalam kondisi mati.

"Min—"

"Jangan nangis. Aku aja yang sakit begini gak pernah nangis,"

"Emang Echan sakit apa?"

Mom's Struggle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang