Chaeyeon menghela nafas saat terbangun dipagi hari pada tempat dan suasana yang berbeda. Ini jelas bukan kamarnya dan ia merindukan bagaimana Jeno dengan Minjeong bertengkar kecil memperebutkan kamar mandi, sapaan kedua bocah itu dan saat mereka berangkat bersama.
Semuanya terekam indah dalam memori. Chaeyeon tidak berharap semuanya menghilang agar dadanya tak terasa sesak. Ia malah ingin terus mengingatnya sampai waktu yang justru menghapus semua kenangan indah dengan kedua anaknya.
Ketika alarm ponsel berbunyi, tubuh Chaeyeon langsung meringsut dan menangis lagi. Memeluk kedua kaki sambil merenung tindakannya yang sangat tidak dibenarkan. Bagaimana pun, melepaskan tanggung jawab adalah hal yang buruk meski terdesak karena keadaan sekalipun.
Sebuah nada dering terdengar memenuhi ruangan apartemen nya. Ia dengan segera menghapus air mana dan menetralkan suara. Karena lelaki yang tengah meneleponnya ini sangat hafal gerak-gerik atau keadaan yang Chaeyeon rasakan.
"Hng."
"Kau menangis?" Benar kan? Tanpa melihat pun, si penelepon sudah tahu bahwa Chaeyeon tengah menangis.
"Enggak. Kau ada apa telepon pagi-pagi?"
"Aku menuju ke rumahmu. Kita sarapan bersama ya?"
"Kau pulang aja."
"Kenapa? Kau butuh waktu untuk sendiri?"
"Aku sekarang menyewa apartemen, Win."
"Loh, terus Minjeong bagaimana? Kamu ninggalin dia sendiri di rumah?"
"Semalam aku udah nyuruh Jaehyun datang pagi-pagi. Jadi pasti sebentar lagi dia datang."
"Chaey.."
"Aku gak apa-apa kok. Jangan khawatir."
"Shareloc. Aku kesana sekarang."
Setelah sambungan telepon terputus, Chaeyeon langsung mengirimkan alamat dan sandi apartemen nya pada Winwin. Biasanya lelaki itu akan datang setelah berkata demikian.
Tahu tidak? Setelah dipikir-pikir, Winwin ini orang yang paling cepat bergerak ketika terjadi sesuatu padanya. Lelaki itu juga sangat konsisten. Saat dia bilang akan melakukan sesuatu, Winwin benar-benar akan melakukannya.
Sambil menunggu Winwin datang, ia segera mencuci muka dan menggosok gigi. Lalu pergi menuju dapur untuk membuatkan sarapan.
Sebenarnya Chaeyeon sungkan tinggal di apartemen mewah seorang diri. Karena dirinya sudah terbiasa hidup ramai meski hanya bersama kedua anaknya, namun ia tak pernah merasa kesepian seperti sekarang ini.
Kain apron sudah melekat ditubuhnya. Menu pagi ini mungkin telur gulung dan bibimbap. Tak lupa salad buah juga tersedia, karena Eunwoo berpesan agar Chaeyeon selalu mengonsumsi buah dan sayur.
Ngomong-ngomong tentang sayur, ia jadi merindukan jagoan kecilnya. Bagaimana keadaan Jeno sekarang, ya? Apa dia sudah baik-baik saja?
Pip pip pip!
"Chaeeey??"
"Aku di dapur!!"
Sekon berikutnya, Winwin sudah duduk di kursi meja pantry. "Masak apa nih.. calon istri?" Mengatakan itu, dia tergelak sendiri.
"Sarapan. Kali ini seadanya gak apa-apa kan?"
"Aku makan bangkai juga gak apa-apa Chaey."
Tiba-tiba Chaeyeon merasa dejavu. Dulu Jaehyun pernah mengatakan hal yang sama, ketika ia bertanya ingin dimasakkan apa. Dan sekarang, ia mendengarkan ucapan serupa dari orang yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mom's Struggle [END]
Fiksi Penggemar"Apakah ada secercah harapan untukku, Jeno dan Minjeong hidup bahagia?" Jaehyun ft. Chaeyeon