Tepat pukul tiga pagi, Chaeyeon terbangun karena mimpi buruk yang membuatnya segera membuka mata dengan keringat di pelipis dan air mata yang meluruh dari netra madunya.
Diusap wajah tanpa pori itu dengan gusar, berharap bayang-bayang tentang mimpi tadi segera menghilang. Namun nyatanya itu bukanlah hal yang mudah. Ia benar-benar merasakan seperti berada dalam posisi itu, dimana dirinya merasa seperti tak bernafas lagi dan menyaksikan kedua anaknya menangis tersedu sambil berusaha memanggilnya.
Mimpi buruk macam apa itu? Kenapa semua terasa nyata? Chaeyeon bahkan melihat Jaehyun yang menangis beserta Winwin yang terus berkata pada dokter agar bisa menghidupkannya kembali.
Apa penyakit Chaeyeon separah itu sampai ia harus meninggalkan Jeno dan Minjeong? Bagaimana bisa dirinya meninggalkan si kembar kalau kedua anaknya saja masih membutuhkan kasih sayang dari seorang ibu?
Chaeyeon tak bisa membayangkannya sama sekali. Dirinya kalap dengan air mata yang kian meluruh. Berharap tangisannya tak membuat kedua anaknya keluar dari kamar dan memandang heran.
"Aku gak bisa begini terus," gumam Chaeyeon. Lantas ia bangkit dan berjalan ke kamar mandi untuk mencuci muka. Setelah itu dirinya beralih ke kamar sebelah untuk melihat anak-anaknya yang pasti masih tertidur.
Dibukanya perlahan pintu itu dan masuk tanpa menimbulkan suara. Kedua bocah berusia lima tahun itu masih terlelap sambil memeluk bantal guling. Pemandangan yang jarang sekali ia lihat ketika tubuhnya lelah dan tertidur nyenyak tanpa melihat keadaan si kembar terlebih dahulu setelah pulang kerja.
Chaeyeon menduduki sisi ranjang. Mengusap pelan wajah sang buah hati dengan senyum getir.
Sampai kapan ia menyembunyikan statusnya dihadapan kedua anaknya? Bagaimanapun, Jeno dan Minjeong akan beranjak dewasa dan dia pasti akan mengerti kenapa orang tuanya berpisah rumah seperti ini.
Sekarang siapa yang harus disalahkan? Semua sudah terjadi dan tak ada yang bisa menghindari takdir. Memang ini yang Tuhan rencanakan dan Chaeyeon tak mampu mengelak.
"Bunda.."
"Oh, Jeno-ya." Ia hapus air matanya dan tersenyum tipis pada anak itu.
Jeno bangkit dari tidurnya dan menghampiri sang bunda. "Bunda nangis?"
"Enggak sayang. Kamu kenapa bangun?"
"Jeno terbangun karena mendengar tangisan bunda."
"Ah.. bunda mengganggu ya? Maafin bunda sayang."
"Bunda cerita aja sama Jeno."
Chaeyeon usap rambut hitam anaknya. "Gak apa-apa kok, sekarang Jeno tidur lagi aja ya? Masih jam tiga lewat."
"Bun.."
"Hm?"
"Sebenarnya tadi Jeno mimpiin Daddy."
"Mimpi kayak gimana kak?"
"Daddy datang kesini dan kita makan bareng."
"Benarkah?"
"Hm." Jeno mengangguk. "Kapan kita pulang Bun? Ini udah tiga bulan kita liburan."
Chaeyeon bahkan memanipulasi keadaan. Ia berkata pada anak-anaknya kalau mereka tengah berlibur yang padahal ketiganya tak akan lagi kembali memasuki bangunan yang kini dihuni oleh Jaehyun dan istri barunya itu.
"Jeno kangen daddy ya?"
"Sangat. Daddy juga pasti merindukan kita, iya kan Bun?"
"Maafin bunda ya sayang."
"Kenapa bunda minta maaf? Emangnya bunda salah apa?"
Bibirnya kelu serta menunduk dalam. Ingin berbicara terus terang, ia tak sanggup. Apalagi mereka masih kecil, tak seharusnya tahu hal-hal dewasa yang terjadi pada kedua orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mom's Struggle [END]
Fanfic"Apakah ada secercah harapan untukku, Jeno dan Minjeong hidup bahagia?" Jaehyun ft. Chaeyeon