"Pah? Gimana? Apa anak kita udah ketemu?"
Fatimah yang melihat Gibran baru memasuki rumah sehabis mencari Jennie langsung menghampiri dan menanyainya. Gibran yang saat itu kelelahan mencari hanya menjawab dengan helaan napas.
Fatimah mengernyitkan dahi. Perlahan-lahan, Reza dan Roman datang, Fatimah pun bertanya pada mereka. "Gimana? Ketemu?"
Gibran naik ke lantai atas, di mana kamar Jennie berada sedangkan Reza dan Roman duduk di sofa ruang tamu. Fatimah menghampiri kedua putranya.
"Belum, Bund," jawab Reza dengan lesu.
"Padahal kita udah keliling kompleks," kata Roman.
"Astagfirullah, kenapa enggak cari ke luar daerah sini? Siapa tahu ada di kota lain? Kayak di novel-novel." Bunda menatap mereka dengan kecewa.
Reza mendesah. "Capek, kata papa besok aja."
"Roma, juga udah laper banget, Bun." Roman berdiri dan pergi menuju dapur.
Fatimah merenung. Di mana Jennie? Apakah dia baik-baik saja? Bagimana keadaannya sekarang?
"Ya Allah, lindungilah anak hamba ...."
***
"Ray?"
Rayan menoleh sekilas, kemudian kembali fokus menyetir. "Apa?"
Jennie menggigit bibir bawah. "Enggak jadi."
Rayan mengernyitkan dahi. Apa yang sebenarnya ingin dikatakan Jennie? Apakah dia ingin mengatakan bahwa dia tidak setuju dengan keputusan yang diambilnya?
"Udah ngomong aja, enggak usah ragu. Gue enggak bakal marah kok."
Jennie berusaha menguatkan hati untuk mengatakannya. "Gue ...."
"Ck! Udah jangan gantung kalo ngomong. Cepetan!"
"Gue ... masih perawan."
"Ha?" Rayan menoleh sekilas. "Emang ada gue bilang lo enggak perawan lagi?"
"Lo masih perjaka?" Jennie menatap Rayan curiga, dia menyipitkan mata.
Rayan berdecak. "Yaiyalah!"
"Beneran?"
"Sumpah mati, gue masih perjaka! Puas lo!"
"Enggak. Gue belum puas."
"Terus, maksud lo apa, nanyain begituan?"
"Perasaan dulu lo hampir dibuat enggak perjaka lagilah sama ...."
Rayan mengernyitkan dahi lebih dalam. "Sembarangan lo, enggak usah ngawur. Gue nih masih perjaka."
"Tapi gue masih inget banget kalo lo hampir enggak perjaka dibuat cewek." Jennie menguap, matanya terasa berat. Sepertinya dia akan tertidur.
Rayan mulai cemas. Apakah benar yang dikatakan oleh Jennie? Dulu? Kapan? Kenapa dia tidak ingat? "Lo salah orang kali."
"Eh, iya, itu bukan lo deng. Itu si Reza."
"Reza, adek lo?"
Pertanyaan Rayan tidak dijawab. Kenapa diam? "Jen?" panggilnya dan sama sekali tidak dijawab oleh cewek itu. Dia menoleh dan mendapati Jennie telah tertidur, dia menggeleng kecil.
Suara dering panggilan masuk dari handphone Rayan membuat cowok itu menepikan mobil. Dia merogoh saku jaket dan menatap layar handphone.
Mama is calling you ....
Rayan segera mengangkat panggilan itu. "Assalamualaikum, Ma?" sapanya.
"Wa'alaikumsalam, Ray. Kamu di mana?" Bukan mamanya yang menjawab melainkan papanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aplikasi Cinta ( Other ) ✔✔
HumorTAMAT _Follow akun ini dulu_ "Kang? Apa kamu sanggup?" "Kenapa enggak?" "Hubungan kita enggak direstui ...." "Cinta perlu perjuangan. Itulah tantangannya agar cinta kita lebih berasa, Jennie Dinawanti." *** Aplikasi inilah yang menyatukan cinta mere...