Seorang gadis itu tampak ketakutan, berdiri dengan wajah ditundukkan dan kakinya gemetar. Dia berada di ruangan yang minim cahaya.
Siluet tiga orang berdiri 2 meter di depannya. Merekalah yang ditakuti oleh gadis itu yang ternyata adalah Rani.
Cowok yang di tengah berjalan menghampiri membuat Rani semakin gemetaran dan detak jantungnya tidak terkontrol.
Rani tidak tahu di mana kesalahannya. Tadi, saat dia baru masuk ke kelas--yang tidak ada siswa lain--tiba-tiba dia ditarik untuk pergi ke rooftop.
Cowok itu menyesap rokoknya kemudian mengembuskan asap itu ke wajah Rani membuat gadis itu semakin ketakutan.
"Lo tahu, kesalahan lo di mana?" tanya cowok itu dengan satu alis kanan terangkat. Membuang rokok itu di depan sepatunya kemudian menginjak rokok itu dengan cepat.
Rani tersentak begitu mendengar suara cowok itu yang begitu penuh tekanan dan menyeramkan. Rani menggeleng pelan, masih menunduk karena takut.
"Aku enggak tahu, salahku di ma--argh!" Ucapan Rani terpotong karena cowok itu dengan kasar menarik ujung rambutnya membuat Rani mendongak dengan air mata yang tertahan.
Rani mencoba melepaskan jambakan itu, tapi gagal sehingga dia hanya bisa meringis dan menarik kuncirnya supaya sakitnya dapat berkurang.
Cowok itu mendengkus, dia mendekatkan wajah. Tampak jelas di mata Rani bahwa cowok di depannya tidak memiliki tampang yang ramah melainkan tampang kejam.
"Enggak tahu kata lo? Dasar sialan!" umpat cowok itu menambah tarikannya membuat Rani menahan isak yang keluar sedangkan cairan bening itu sudah mengalir melewati sudut mata hingga membasahi kedua pipinya.
"Sa--sakit ...," lirih Rani membuat cowok itu tertawa renyah.
"Ini enggak seberapa. Gue mau tanya ... kenapa lo ngasih tahu ciri-ciri, Bos, ke, Jennie, ha? Kenapa, Ran? Kenapa?" Cowok itu menatap tajam seperti cahaya laser yang membuat lawannya menciut seketika.
Rani tidak dapat lagi menahan isak tangis saat tarikan itu semakin menjadi. "Jawab gue!" bentak cowok itu membuat dua temannya yang sejak tadi menyaksikan dari belakang merasa iba.
Salah satu di antara cowok itu bernama Alex dan satunya bernama Rido. Sedangkan cowok yang menarik rambut Rani bernama Jason.
Alex menghampiri, begitu iba menatap wajah Rani yang ketakutan. "Udahlah, Jas. Jangan lo jambak terus, biar dia bisa jawab," bujuk Alex membuat Jason hanya mengangkat sebelah alisnya.
"Gue enggak nanya sama lo, Lex," kata Jason membuat Alex mendesah.
"Dia bener, Jas. Gimana, Rani, bisa jawab kalau lo jambak dia?" Rido menepuk bahu kanan Jason untuk meyakinkan cowok itu.
Jason menggeleng. Apa yang dia lakukan tidak ada yang bisa menghentikan kecuali bosnya. Jason menatap Rani tanpa henti untuk menuntut jawaban darinya. "Jawab gue, bang**t!" bentaknya lagi.
"Jason El Guers! Lepasin dia!"
Suara tegas yang berasal dari belakang Jason, Alex dan Rido membuat mereka langsung menoleh ke sumber suara.
Ketika tahu siapa cowok yang berkata tegas membuat Jason langsung melepas jambakannya walaupun dengan tidak rela. Rani langsung terduduk lemas, menangis dengan isak yang tertahan, menunduk--takut menatap orang-orang yang ada di depannya.
"Pagi, Bos," sapa Jason, Alex dan Rido, berdiri menjaga jarak--memberikan ruang untuk Bos mereka mendekati Rani.
Rani mengusap wajahnya yang basah itu dengan lengan kanan dan kiri. Kemudian dia melihat ada sepasang kaki jenjang berbalut sepatu adidas dan celana abu-abu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aplikasi Cinta ( Other ) ✔✔
HumorTAMAT _Follow akun ini dulu_ "Kang? Apa kamu sanggup?" "Kenapa enggak?" "Hubungan kita enggak direstui ...." "Cinta perlu perjuangan. Itulah tantangannya agar cinta kita lebih berasa, Jennie Dinawanti." *** Aplikasi inilah yang menyatukan cinta mere...