Hai, Aplikasi Cinta comeback! Ada yang kangen? Oh, enggak, ya😭. Yaudah, happy reading❤
***
"Jen, nanti kamu naik ojol yang kemaren, kan?" Fatimah tersenyum sambil menatap anaknya penuh harap.
Jennie tertegun saat mendengar perkataan ibunya. Apakah dia akan memesan ojek online dia lagi? Padahal harusnya dia memesan ojek online lain karena tujuannya untuk menjaga jarak.
Namun, melihat tatapan Fatimah yang penuh harap membuatnya ingin memenuhi keinginan wanita itu. Fatimah selalu saja menanyakan Dadang dan bertanya apakah pria itu akan datang ke rumahnya lagi atau tidak.
Jennie menghela napas. Pagi ini dia harus memesan ojek online seperti biasa untuk pergi ke sekolah tepat waktu, tapi apakah dia harus memesan Dadang?
Lalu bagaimana dengan perasaan Nana bila melihat dirinya masih boncengan dengan Dadang? Jennie mengangkat satu alis saat menyadari sesuatu membuatnya bergumam yang tentu dapat didengar oleh Fatimah.
"Ngapain pula, Nana, bakal sakit hati ngeliat gue sama, Om Ojol? Kan, memang dia ojol yang otomatis memang membonceng orang. Lagian gue langganan dia."
"Kamu ngomong sama siapa?" Fatimah mengernyitkan dahi saat mendengar Jennie bergumam membuat anaknya itu langsung menoleh terkejut.
"Eng ... enggak ngomong sama siapa-siapa kok, he he he," kata Jennie diakhiri dengan kekehan.
Fatimah berdecak. "Tadi, bunda tanya, kok kamu enggak jawab?"
"Em, nanya apa, Bund?" Jennie mengenakan dasinya. Ya, dia sedang memakai dasi dan berdiri di depan cermin sedangkan Fatimah duduk di tepi kasur mengamati.
"Ish, kamu nih tadi enggak dengerin bunda tanya, ya? Lagi mikirin apa?" Fatimah menatap Jennie dengan penuh tanda tanya, dia tahu anaknya sedang memikirkan sesuatu sehingga melamun saat dirinya bertanya tadi.
Jennie tersenyum kikuk. Dia ingin cerita, tapi entah kenapa begitu berat untuk diungkapkan.
"Cerita aja sini." Fatimah tersenyum hangat, menepuk kasur di sebelah kanan sebagai tanda bahwa Jennie dipersilahkan untuk duduk dan menceritakan masalahnya.
Jennie menatap wajah Fatimah lewat pantulan cermin kemudian tersenyum. "Enggak ada kok, Bund. Jennie, baik-baik aja," jawabnya.
Jennie tahu, Fatimah juga banyak menanggung beban pikiran dibanding dirinya membuat Jennie enggan untuk bercerita. Biarlah dia selesaikan masalahnya sendiri.
Fatimah mengangguk kemudian bangkit berdiri, menghampiri anaknya yang sedang menyisir rambut. "Bunda kangen pengen pegang rambut kamu. Udah lama bunda enggak nyisir rambutmu."
Jennie yang mengerti langsung memberikan sisir pada Fatimah. Dia menyeret kursi dan duduk agar Fatimah dengan mudah menyisir rambutnya.
Fatimah tersenyum lebar saat helaian rambut pendek Jennie menyentuh kulit tangannya. Rasanya wanita itu ingin menangis bahagia bahkan matanya kini telah berkaca-kaca.
Jennie sudah besar, umurnya sudah enam belas tahun dan tanggal sembilan nanti, usianya menginjak angka tujuh belas. Tidak terasa kini anak gadisnya sudah beranjak dewasa.
Melihat raut wajah Fatimah yang berbeda membuat Jennie mengernyitkan dahi. Kenapa Fatimah seperti itu padahal hanya menyisir rambut saja?
"Bunda, enggak pa-pa?"
"Kamu udah besar, ya, Sayang? Sebentar lagi kamu akan menikah dan ikut suami." Perkataan Fatimah benar-benar membuat Jennie bingung. Kenapa tiba-tiba?
Jennie tertawa kecil. "Kenapa, Bund? Jennie, enggak mau cepat-cepat nikah. Lulus SMA aja belum udah nyambung ke sana aja."
"Kalau sudah dewasa, kamu harus berubah penampilan, jangan seperti biasanya. Kamu itu perempuan, harus memakai pakaian perempuan, harus berperilaku sopan, dan tutur kata baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aplikasi Cinta ( Other ) ✔✔
HumorTAMAT _Follow akun ini dulu_ "Kang? Apa kamu sanggup?" "Kenapa enggak?" "Hubungan kita enggak direstui ...." "Cinta perlu perjuangan. Itulah tantangannya agar cinta kita lebih berasa, Jennie Dinawanti." *** Aplikasi inilah yang menyatukan cinta mere...