Bab 2 - Mampus Lu!

27 9 0
                                    

Jangan lupa, sebelum baca ini baca basmalah dulu, dan berdoa, semoga berkah :v ohya, jangan lupa komen sama vote, xixi.

***

Di ruang makan, tampak sekeluarga sedang menikmati makanan dengan tenang, hanya suara detingan sendok yang beradu dengan piring.

Gibran yang duduk di kursi bagian Utara karena beliau adalah kepala rumah tangga sejak tadi pandangannya tidak lepas dari anak sulungnya--Jennie.

Fatimah Arsy Laila--istri Gibran--sejak tadi mengernyitkan dahi saat mengamati suaminya dari samping, sepertinya tatapan Gibran begitu penuh selidik ke arah Jennie. Apa salah Jennie sampai-sampai ditatap seperti itu?

Selesai makan, dan Surti membersihkan meja makan. Saatnya mereka mengucapkan rasa syukur lalu memakan hidangan penutup.

Lagi-lagi, tatapan tajam Gibran kepada Jennie membuat Fatimah mengernyitkan dahi sambil mengiris apel hijau. Sedangkan yang ditatap oleh Gibran malah tidak menyadari dan matanya menatap bingung kedua apel di atas meja.

"Ngapain lu, Kak?" tanya Ramadan sambil mengunyah cerry. Dia menatap Jennie yang memang duduk tepat di samping kirinya.

Jennie menjawab tanpa menoleh. "Gue bingung aja. Gue makan apel ijo dulu apa merah?"

"Yang, Kakak, suka aja," sahut Rehan yang kebetulan duduk di samping kiri Jennie.

"Gue suka dua-duanya," jawab Jennie.

"Yaudah, makan dua-duanya," kata Roman.

"Ish, masa' langsung makan dua-duanya sekaligus? Lu pikir mulut gue sebesar galon apa? Mana muat dua apel masuk mulut gue sekaligus," cerocos Jennie lalu berdecak kesal.

"Yaudah makan yang ijo aja dulu," usul Reza.

"Nanti yang merah cemburu lagi. Kasian, entar si merah iri lagi," kata Jennie lesu dan kerutan di dahinya semakin bertambah.

"Yaudah, makan yang merah dulu."

"Entar si ijo iri lagi."

"Yaudah makan dua-duanya!"

"Mana muat mulut gue!"

Gibran dan Fatimah yang mendengar perdebatan anak-anaknya langsung menatap kesal. Seketika ruangan makan yang semula sunyi seperti kuburan pun langsung ramai bak reunian burung pipit dan entok. Ramainya pasar pun akan kalah dengan ramainya ruang makan itu.

Gibran segera menggebrak meja hingga piring dan yang berada di sekitarnya tersentak kaget, seketika ruangan itu sunyi kembali. "Jangan ribut! Jennie!"

Merasa dipanggil dengan tegas, Jennie langsung menoleh ke papanya takut-takut. Iya, takut dipecat jadi anak orkay. "Iya, Pa?"

"Tinggal makan aja repot! Potong aja semua apelnya terus makan dua potongan merah sama ijo, biar enggak ada yang iri. Cepetan!" perintah Gibran membuat Jennie mengangguk dan langsung melaksanakan apa yang papanya suruh.

Adik-adiknya hanya diam sambil memakan buah masing-masing dan menatap Jennie kasihan. Sebenarnya mereka sangat senang bila Jennie kena marah karena Jennie akan langsung kicep, biasanya Jennie sangat galak dan dialah yang selalu marah-marah.

Selesai memakan hidangan penutup, lagi-lagi Surti membereskan meja makan dengan sangat hati-hati supaya tidak ada yang lecet sedikit pun.

"Jennie! Ikut papa!"

Jennie yang baru saja berdiri dan hendak pergi ke kamar pun tertunda dan menoleh ke papanya. "Ke mana, Pa?"

Gibran tidak menjawab, melainkan berdiri dan berjalan duluan membuat Jennie mau tak mau harus mengekor. Saat bapak-anak itu hilang di balik pintu ruang makan, Fatimah menatap anak-anak cowoknya.

Aplikasi Cinta ( Other ) ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang