Bab 12 - Emosi

8 4 0
                                    

• | DEAR SILUET READERS | •

Alasan you tidak mau vote? :v

Alasan you tidak mau komen? :v

Alasan you tidak mau nge-dm author? /plak :v

Alasan you suka cerita ini? :v

Pengen nimpuk siapa hari ini? '-'

Garing_-

***

"Kenapa gue dipanggil guru BK?" Jennie mengernyitkan dahi menatap cowok itu. Seingatnya, dia tidak melakukan kesalahan apapun dan melakukan yang melanggar aturan sekolah.

Jadi, kenapa dia dipanggil guru BK? Hmm, mencurigakan, jangan-jangan Jennie melakukan kesalahan tanpa sadar. Namun, kesalahan apa?

Cowok itu menggidikkan bahu. "Yaudah lo ke ruang BK aja biar lo tahu apa kesalahan lo," katanya yang diangguki Jennie.

"Kenapa lo masih di sini?" Bima menyipitkan mata, berkata sambil mengunyah bakso. Cowok itu menoleh.

"Nunggu Jennie." Cowok itu melirik Jennie yang sedang meminum es tehnya.

"Ha? Ken--ken--kenapa nunggu Jen--Jen--Jennie?" tanya Clara.

"Bukan urusan lo." Tatapan cowok itu lembut kepada Jennie yang sudah selesai meminum esnya. "Yok, Jen."

Jennie yang berdiri dan hendak melangkah, tetapi pergelangan tangan kanannya digenggam cowok itu pun mengernyitkan dahi heran. Mengangkat satu alis, dia bertanya, "Ngapain pegang-pegang?"

Kemudian Jennie menghentak tangannya hingga genggaman cowok itu terlepas. "Dih, sok jual mahal," sindirnya dengan nada pelan.

Jennie yang acuh langsung berjalan cepat keluar kantin, membuat Bima dan Clara tertawa. Cowok itu mendengkus lalu meninggalkan kantin dengan perasaan kesal.

"Cowok itu keknya suka sama Jennie," kata Bima tiba-tiba membuat Clara mengangguk.

"Lo jug--jug--juga suka sama Jen--Jen--Jennie," celetuk Clara.

Bima mengalihkan pandangan dari pintu kantin ke Clara kemudian tersenyum tipis. "Enggak," jawabnya membuat Clara mengernyitkan dahi.

"Enggak ap--ap--apa?"

"Enggak salah lagi maksudnya."

***

Jennie berdiri di depan seorang guru berjilbab ungu yang duduk sambil menunduk, sibuk mengutak-atik leptop. Sudah terhitung empat menit Jennie berdiri di sana, tapi guru yang bernama Susanti itu tidak juga menanyakan sesuatu padanya.

Lalu untuk apa Jennie dipanggil? Berdiri jadi patung? Memangnya Jennie pajangan?

"Jennie, nama kamu siapa?"

Pertanyaan yang terlontar dari Susan membuat Jennie mengernyitkan dahi bingung. Untuk apa guru itu bertanya padahal sudah jelas namanya disebut tadi? Lalu Jennie harus jawab apa?

"Kok diem? Kamu bisu?" Guru itu menatap tajam membuat Jennie menyengir canggung. "Enggak usah cengar-cengir! Saya tahulah kamu punya gigi nyusul enggak usah pamer!" sentaknya.

Jennie langsung mengatupkan mulut dengan geram. "Maaf, Bu."

"Namamu siapa Jennie?" tanya Susan dengan suara yang ditekan.

'Nih guru punya masalah hidup apaan, sih? Jelas-jelas dia udah nyebut nama gue, kenapa nanya lagi?' batin Jennie mencoba sabar. "Jennie, Bu."

Susan mendongak. "Iya, kalau itu saya tahu. Nama lengkap kamu yang saya tanya," katanya dengan agak nyolot membuat Jennie berteriak dalam hati.

Aplikasi Cinta ( Other ) ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang