Bab 10 - Modus

8 3 0
                                    

Jangan lupa vote dan komennya, ditunggu❤ yaudahlah, happy reading:v

***

"Jennie Dinawanti! I Love you! Jennie sarangheo! Jennie! Woy Jennie! Gue suka sama lo! Jadi pacar gue dong Jen!"

Suara teriakan seseorang di atas genteng (atap) kelas X mendadak membuat semua warga sekolah heboh seketika. Guru-guru sampai berteriak untuk memerintahkan siswa itu turun, tetapi sama sekali tidak dihiraukan olehnya.

Jennie dan Clara yang berada di kantin langsung berlari menuju lapangan yang sudah semak dengan sekumpulan orang.

"Jennie! Jadi pacar gue dong!"

Teriakan cowok yang berada di atas genteng itu sukses membuat Jennie melotot. Melihat kehadiran Jennie, bisik-bisik tetangga mulai menghujami antara mereka iri dan dengki.

Jennie tidak memperdulikan bisik-bisik tetangga itu dan lebih memilih fokus ke cowok dengan penampilan seperti gembel itu. Walaupun wajah cowok itu bisa dikatakan tidak jelek dan juga tidak tampan alias biasa-biasa saja.

Cowok itu tersenyum lebar saat melihat sang pujaan berdiri di bawah sana memperhatikannya. "Jennie!" Kembali dia berteriak.

Jennie berkacak pinggang. "Heh! Lo mau jadi Tarzan teriak-teriak gitu? Atau mau manggil malaikat pencabut nyawa duduk di atas genteng? Lo kalau mau mati jangan sebut-sebut nama gue! Gue enggak mau, ya, lo gentayangin gue pas malam jum'at gegara nolak lo! Turun woy!" teriaknya tanpa sengaja menyakiti hati si cowok sampai tembus ke hati yang paling dalam.

Cowok itu memegang dada kiri dengan dramatis lalu menatap sedih ke Jennie. "Kok lo tega, sih, Jen, sama gue? Apa salah dan dosaku, Sayang? Sampai-sampai lo tega nyakitin hati gue yang paling dalam?" teriaknya.

"Ealah, turun! Nanti kamu jatuh! Bahaya ih!" perintah seorang guru gendut sambil menatap cemas ke cowok itu.

"Woy turun! Jatuh hati emang enak, tapi jatuh ke tanah itu sakit!" kata salah satu siswa di antara grombolan siswa.

Cowok bernama lengkap Karimun Solimi menggeleng tegas. "Enggak mau! Gue enggak mau turun sebelum Jennie nerima cinta gue!"

"Yaudah! Lo di sana aja, ya, sampe gosong? Mayan nih cahaya mataharinya sejuk bikin kulit hareudang." Jennie tersenyum jahat membuat cowok itu semakin sakit hati. "Ayo guys! Bubar pada! Biarin aja kembaran Tarzan itu, entar juga bakal turun kalo udah capek!" teriaknya sambil menatap orang-orang sekitar.

Orang-orang sekitar mengangguk, membenarkan ucapan Jennie dan akhirnya mereka memilih pergi dari area itu. Beberapa orang masih di sana sambil berbisik, entah apa yang mereka bisikkan?

Karim menganga. Bila jadi seperti ini, dia tidak perlu repot-repot mikir rencana ini jauh-jauh hari hanya demi mendapatkan hati si pujaan. Kini dia telah ditolak mentah-mentah untuk yang kesekian kalinya.

Ya, Karim memang gencar sekali mengejar Jennie walaupun selalu ditolak sejak dulu, kira-kira sejak kelas X. Dia yakin sang pujaan pasti akan membalas perasaannya, untuk itu dia harus terus berjuang.

Jennie dan Clara mulai hilang di pandangan Karim membuatnya langsung turun dari atas genteng. Segera dia berlari sambil berteriak pada sang pujaan.

"Jennie, tunggu!"

Jennie yang sudah sampai di depan kelas pun menghela napas lelah sambil memijit pelipis kanannya yang terasa pusing. Dia menghentikan langkah. "Kenapa, sih, dia masih aja ngejar gue padahal gue selalu nolak dia?" gumamnya frustasi.

"Di--di--dia cinta mat--mati kal--kal--kali Jen,'' jawab Clara.

"Jennie Dinawanti! Ini buat lo!" kata Karim sambil menyodorkan setangkai bunga tulip berwarna pink yang kaku, terlihat sekali bahwa bunga itu palsu. Senyum Karim tidak pudar membuat Jennie kesal.

Aplikasi Cinta ( Other ) ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang